15

1085 Kata

Mita menghela napas panjang, menyesap kopinya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Tatapannya masih tertuju ke arah Diajeng yang sudah menghilang di balik pintu kaca lobi. "Lo percaya dia bahagia?" gumamnya pelan. Radit tidak langsung menjawab. Pandangannya kosong, terpaku pada sisa kopi di cangkirnya yang sudah mendingin. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, tapi ia memilih untuk menelannya bulat-bulat. Niel, yang sejak tadi diam, akhirnya menepuk pundak Radit dengan ringan. "Bro, lo baik-baik aja?" Radit tersenyum miring. “Kayaknya harusnya gue yang ditanya gitu, ya?” Mita mendengus pelan. “Ya salah sendiri, kenapa nggak dari dulu kalau memang ada rasa.” Radit terkekeh, tapi tidak ada tawa dalam matanya. "Nggak segampang itu, Ta." Niel bersandar di kursinya, menatap langit-langi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN