53

1680 Kata

Bhaskara terdiam. Matanya nyalang. Bibirnya mengejang. Ia ingin membantah, tapi lidahnya kelu. Ia tahu luka itu nyata. Dan sayangnya, ia yang menggoreskannya. “Aku minta satu hal, Mas…” suara Diajeng kini lirih, namun tajam seperti bilah belati. “…Talak aku. Sekarang.” Blam! Rasanya seperti petir menyambar tepat di kepala Bhaskara. Ia tercekat. Nafasnya berhenti sejenak. Matanya menatap istrinya seakan tak percaya apa yang baru ia dengar. “Jeng… jangan…,” suaranya bergetar. “Jangan bilang seperti itu…” Namun Diajeng menatapnya lurus. Luka itu terlalu dalam. Dan kata “maaf” tak pernah cukup untuk menambal hati yang sudah hancur. Bhaskara menunduk. Tubuhnya bergetar. Semua amarah, keangkuhan, kesombongan yang tadi membuncah di luar—sekarang berubah jadi rapuh. Ia baru sadar: menang a

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN