73

1176 Kata

Maven berdiri mematung di seberang jalan. Gedung tinggi yang menjulang angkuh di hadapannya memantulkan cahaya kota yang tak pernah benar-benar tidur. Lampu-lampu dari unit-unitnya menyala satu per satu, sebagian padam. Tapi hanya satu jendela yang menarik perhatiannya—lantai tujuh, paling ujung. Satu unit yang terlalu akrab untuk ia lupakan. “Sial,” desahnya pelan. Entah kenapa setelah semua kekacauan tadi malam… langkahnya malah membawanya ke sini. Ke tempat di mana jiwanya seolah menemukan tenangnya. Tanpa pikir panjang, Maven menginjak gas. Mercedes-Benz hitam miliknya meluncur turun ke area basement, suara mesin bergemuruh berat di lorong parkir sepi. Ia turun dengan langkah panjang dan mantap, hoodie hitamnya masih menempel di tubuh tegapnya. Dia menekan tombol lift dan langsung m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN