Pagi merekah perlahan, dan sinar matahari menyusup malu-malu melalui celah tirai. Diajeng mengerjap pelan, lalu menggeliat kecil di balik selimut. Tapi gerakannya terhenti saat menyadari… ada lengan kuat yang melingkar di pinggangnya, memeluknya erat seolah tak ingin berpisah. “Mas…?” gumamnya pelan. Ia menoleh, dan mendapati Bhaskara tertidur di belakangnya, wajahnya lelap, tenang, namun tetap dengan garis rahang tegas yang tak pernah hilang. Napas suaminya menghangatkan tengkuknya, membuat jantungnya berdetak pelan namun stabil. Kapan Mas Bhaskara pulang? Jari lentiknya menyusuri perlahan wajah sang suami—dahi kokoh, alis yang lebat, lalu turun ke hidung mancung dan bibir yang tertutup rapat. Ah, lelaki ini... Lelaki yang selalu berhasil membuat hatinya bergetar. Dulu teman kecil, k

