Langit kota Gresik masih belum bersahabat saat mobil hitam itu berbelok ke arah sebuah hotel bintang tiga di pusat kota. Hujan deras dan angin yang menggila membuat segala rencana pulang malam ini dibatalkan total. Bhaskara memarkir mobil dengan cepat, lalu membuka pintu untuk Diajeng yang tampak masih lemas. Maven bergegas menghampiri resepsionis, bertanya kamar yang tersisa. Sementara itu, Mita membantu menopang tubuh Diajeng yang nyaris tak sanggup berdiri lama. “Cuma dua kamar tersisa, Pak. Kamar 112 dan 114. Yang lain penuh. Banyak tamu mendadak karena kecelakaan beruntun di jalan tol barusan dan cuaca ekstrem juga bikin akses ke kota-kota sekitar ditutup sementara,” jelas resepsionis muda itu dengan nada panik yang tertahan. “Dua kamar?” Mita mengerutkan kening. “Trus kita gimana?

