Setelah menyelesaikan pertemuan intens bersama Diego, Bhaskara kembali ke dalam mobil bersama Diajeng. Tangannya gesit memutar kemudi Rolls-Royce hitam miliknya, membelah jalanan kota Surabaya yang mulai padat oleh kendaraan di jam makan siang. Diajeng bersandar santai di kursi penumpang, mengusap perutnya perlahan sambil menatap ke luar jendela. Matanya menyapu jajaran pedagang kaki lima yang berjejer di pinggir jalan. “Mas, makan bakso pinggir jalan aja nggak sih?” celetuknya santai. Bhaskara melirik sekilas, lalu mengerem perlahan dan menepikan mobil di depan sebuah restoran bergaya Jepang yang berdiri elegan di sisi jalan. “Nggak bisa. Ini aja,” tolaknya singkat sambil menunjuk ke arah restoran. Diajeng mendecak pelan. “Repot banget kalau makan sama atasan…” gumamnya pelan, cukup

