Setelah urusan dengan Dion selesai, Bhaskara menyalakan mesin motor Ninja hitam itu, sementara Diajeng masih beradaptasi dengan posisinya di belakang. "Santai aja, aku nggak bakal ngebut," ujar Bhaskara, melirik istrinya dari spion. Diajeng menghela napas, kedua tangannya masih ragu-ragu saat memegang bahunya. "Jangan terlalu kencang, ya?" Bhaskara hanya tersenyum tipis. "Pegangan yang bener dulu, baru kita jalan." Diajeng mendengus pelan, tapi menurut juga. Tangan kecilnya akhirnya melingkar lebih erat di pinggang Bhaskara. Begitu motor mulai melaju, ia refleks merapatkan tubuhnya lebih dekat. Sial. Bhaskara menelan ludah. Jarak mereka yang hampir nggak ada ini benar-benar godaan besar buatnya. — Mereka menyusuri jalanan Jakarta yang cukup ramai, tapi Bhaskara tetap mengendarai m