Pagi-pagi Mini kaget karena salah satu kucingnya tidak ada di dalam box, sepertinya semalam setelah menambahkan snack dia lupa tidak menutup pintunya kembali.
Mini langsung panik dan mencari ke setiap sudut kamarnya sambil memanggil, "Pus...pus..." dengan pelan karena takut terdengar ribut. Dia yakin anak kucing itu masih ada di dalam kamarnya karena pintu kamar dalam kondisi tertutup dan tadi Mini hanya keluar sebentar untuk ke dapur.
Mini coba mengintip kedalam kolong dan todak kelihatan karena kucingnya berbulu hitam, dia segera bangkit lagi untuk mencari HP-nya dan langsung menghidupkan senter untuk kembali mengintip ke bawah kolong yang lumayan gelap. Barulah saat itu dia melihat mahluk kecil berbulu hitam itu ngumpet jauh di bawah kolong dan malah tambah ke dalam lagi waktu Mini coba meraihnya.
"Pus...pus..." katanya sambil membujuk anak kucing tersebut agar mau mendekat, sampai Mini pasang muka lucu sambil manyun -manyun sendiri tapi tetap saja kucing itu tak bergeming. Dia kembali mencari akal dengan menawarkan makanan kucing, agar mahluk berbulu itu mau mendekat tapi tidak juga berhasil. Bahkan Mini sampai capek nungging-nungging terus buat ngintip kedalam kolong. waktu Mini dapat ide lagi untuk memberi mainan, anak kucing itu malah makin ketakutan dan tambah semakin ngumpet tidak mau keluar. Mini sudah putus asa dan sepertinya dia memang butuh bantuan.
Mini turun ke bawah untuk coba mencari Brandon, dan sialnya dia malah menemukan Brandon sedang duduk di sofa ruang keluarga sama bang Evan. Meski mereka sepertinya cuma ngobrol ringan tapi rasanya tetap tidak enak juga kalau tiba-tiba mau menyela. Apa lagi Mini mau memanggil Brandon padahal di situ sedang ada bang Evan juga. Merasa serba salah tapi Mini tetap tidak memiliki pilihan. Akhirnya dia menyerah dan memberi isyarat untuk memanggil Brandon tapi yang menoleh tetap mereka berdua.
Boleh aku minta bantuan, tanya Mini yang jelas lebih di arahkan kepada Brandon bukannya bang Evan yang sebenarnya lebih masuk akal untuk dia cari. Wajar saja kalau bang Evan merasa heran. Tapi bang Evan memang tidak ngomong apa-apa, dia malah memperhatikan ekspresi Brandon waktu Mini kembali ngomong.
"Ada barangku yang jatuh ke bawah kolong dan aku tidak bisa mengambilnya." Mini jadi terpaksa harus tersenyum garing di hadapan mereka berdua meskipun kakinya sudah tidak sabar untuk menyeret Brandon bersamanya.
Untunh Brandon langsung paham maksud Mini, diapun segera bangkit untuk pergi mengikuti Mini tanpa perlu bertanya lagi.
"Bagai mana anak kucing itu bisa masuk kedalam kolong? "tanya Brandon heran.
"Mungkin semalam aku lupa menutup pintunya, setelah memberi makan. "
"Lihatlah dia bersembunyi di sudut mungkin dia ketakutan." Mini sudah mengintip kedalam kolong lebih dulu dan Brandon yang semula enggan pun terpaksa jadi harus mengikutinya menempelkan wajah di lantai.
"Bagai mana kita bisa mengeluarkannya?" sepertinya Brandon memang sama sekali tidak tahu tentang kucing.
"Tadi sudah coba kubujuk dengan makanan dan mainan tapi dia tetap tidak mau justru malah semakin jauh ke pojok."
"Apa kita harus mengangkat tempat tidurnya? " tanyanya heran, jika benar dirinya harus melakukan hal itu.
"Mungkin, Bang, " jawab Mini takut-takut tapi tetap tidak punya pilihan.
"Ini berat, Mini, kita tidak bisa mengangkatnya hanya berdua."
"Mungkin kita bisa menggesernya. "
"Apa kau yakin dia tidak akan ikut bergeser jika kita hanya menggesernya?"
Mini menggeleng.
"Kenapa kemarin kau tidak bilang kalau ternyata kucing itu susah diurus," keluh Brandon yang sepertinya mulai menyesal sudah mengikuti sarang Mini tanpa memperhitungkan resiko macam ini.
"Mungkin karena dia belum mengenal kita jadi masih malu-malu dan takut, kalau sudah kenal sebenarnya kucing sangat menyenangkan dan penurut." Kilah Mini tapi sepertinya Brandon tidak mau ambil pusing perkara sifat kucing.
"Baiklah, akan coba kugeser dan kau yang harus mengambilnya," katanya kemudian.
Sudah beberapa kali Brandon ikut kembali menempelkan pipinya ke lantai untuk bisa melihat posisi anak kucing itu di bawah kolong yang justru semakin ke dalam. Karena setelah beberapa kali mereka geser ternyata anak kucing tersebut juga ikut bergeser makin ke sudut.
"Berapa kali lagi kita harus menggeser tempat tidur sebesar ini," rasanya Brandon sudah ingin menyerah karena punggungnya sudah mulai terasa pegal.
"Nanti aku pijitin, Bang, " bujuk Mini terdengar asal karena dia cuma tidak mau Brandon menyerah.
"Kita perlu bantuan! " tegas Brandon.
"Siapa? " tanya Mini begitu berjengit berdiri dari lantai.
"Akan kupanggil bang Evan," Brandon sudah langsung pergi begitu saja tanpa menghiraukan Mini dan baru balik lagi beberapa saat kemudian bersama bang Evan.
Sepertinya bang Evan juga heran waktu melihat tempat tidur Mini yang berantakan dan Mini masih nungging di dekat kolong.
Bang Evan lebih terkejut lagi waktu tahu ternyata dirinya cuma dimintai tolong untuk mengangkat tempat tidur karena ada kucing yang ngumpet di bawah kolong.
"Bagaimana kalian bisa membeli dua anak kucing?" heran bang Evan, dan dia tambah heran setelah Brandon mulai menceritakan kronologinya.
"Apa kalian tidak pernah berpikir bagaimana jika mereka nanti beranak? bayangkan saja, bisa penuh rumah kita dengan anak kucing dan aku tidak mau jika harus membantu kalian lagi mengangkat tempat tidur seperti ini!" gemas bang Evan yang memang sangat layak untuk marah.
"Seharusnya kemarin kita membeli kucing laki-laki saja," kata Brandon,"atau kita tukar lagi saja ke pet shop?"
"Jangan, Bang! " tolak Mini yang sudah langsung meluk kucing berbulu kuningnya. Sepertinya Mini memang sudah terlanjur sayang dengan kucing pilihannya itu dan gak bakal mau pisa.
Bang Evan dan Brandon sepertinya juga gak bakal tega melihat Mini dan anak kucingnya yang makin mirip.
"Ya sudah, pelihara saja kucingnya, " kata bang Evan kemudian, "tapi jangan lupa beri dia nama Mini! " tegas bang Evan sebelum pergi.
Brandon kemudian memaksa Mini untuk memberikan kucingnya hari itu juga, karena dia tidak mau Mini ngumpetin kucing itu di kamarnya, karena pasti bakal bikin repot mereka lagi.
Nyonya Marisa dan yang lainnya sedang berkumpul di ruang keluarga karena sedang ada bang Harris bersama istri dan putri kecilnya yang berkunjung. Mereka semua ikut kejut ketika Brandon dan Mini membawa dua anak kucing untuk ibunya. Cuma bang Evan yang sudah tidak kaget, tapi dia cuma penasaran dengan ekspresi mamanya waktu dapat kejutan luar biasa dari putra sembrononya itu.
Walau sempat syok tapi sepertinya nyonya Marisa tetap senang dengan hadiah mengejutkan itu
"Siapa namanya? " tanyanya kemudian.
"Yang perempuan ini Mini," kata Rutmini yang kontan membuat seisi rumah bengongvtapi Mini cukup bangga karena itu nama yang di berikan oleh bang Evan, bahkan dia sempat melirik bang Evan waktu ngomong seperti itu tadi.
Bang Evan cuma balas senyum sedikit buat Mini kemudian dia ngomong, "Awas yang satunya itu agak merepotkan! "
"Yang satunya namanya siapa? " tanya nyonya Marisa yang penasaran juga dengan kucing galak berbulu hitam itu.
"Namanya Brandon! " kali ini bang Haris yang ikut ngomong dan sepertinya semua langsung kompak tertawa setuju menamakan kucing merepotkan itu, Brandon.
"Aku tidak percaya kalian tega memberikan namaku untuk anak kucing!" protes Brandon.