Mobil yang dikemudikan Bian meluncur membelah jalanan sepi di daerah pinggiran kota. Tidak ada yang bicara. Mulut Bian yang biasanya usil terkunci rapat saat melihat wajah dingin sahabatnya. Bian tahu, Sasha bagi Ibra adalah segalanya. Dulu dia pernah kehilangan adik perempuan kesayangannya. Karena penyakit jantung bawaan, gadis kecilnya itu menghembuskan nafas terakhirnya di usia empat belas tahun. Itulah kenapa Ibra begitu sangat menyayangi Sasha. Baginya wanita itu bukan hanya sepupu, tapi juga tempat dia mencurahkan semua kasih sayang untuk mendiang adiknya. "Apa rencanamu selanjutnya? Kamu tidak benar benar ingin melenyapkan wanita itu kan?" tanya Bian penasaran. "Menurutmu?!" Bian melirik sebentar lewat ekor matanya, terlalu sulit membujuk Ibra yang sekarang masih tampak meleda