Tak lama, menyusul Caca yang juga keluar dari ruangan dekan dengan berurai air mata. Tak ada keputusan lain selain Caca harus keluar dari kampus. Itu sudah menjadi keputusan final. Tak ingin melihat Caca bersedih, Moza pun mendatangi rumah Caca. Menghibur Caca. Dia sebagai teman Caca, pun tak bisa melakukan banyak hal. Hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang. Di kamar yang tak luas itu, Moza duduk di lantai, menatap Caca yang sesenggukan di atas kasur, membenamkan wajah di bantal. Caca tidak berani keluar kamar, takut orang tuanya akan menanyakan permasalahan yang menimpanya. Sejauh ini, kedua orang tuanya tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya. Dan mungkin sebentar lagi orang tuanya akan mengetahuinya. “Ca, aku nggak bisa bilang apa- apa sekarang. Tapi yang jelas, ini m