"Kalau kamu minta pisah sama aku sekarang, maka usahaku selama ini sia-sia. Aku hancur. Aku harus menerima tuntutan dari segala pihak. Kita udah melewati lebih dari separuh perjalanan." Musa berseru saat Moza melangkahkan kaki meninggalkannya. "Aku sadar itu adalah resikoku. Tapi sekarang aku udah nggak peduli lagi dengan semua itu. Aku hanya peduli satu hal, bahwa perasaanku jauh lebih hancur, Za." Moza terus melangkah. Membiarkan rambutnya yang tergerai itu terkibas oleh semilir angin. "Kamu boleh hancurin aku, tapi jangan hati kamu. Karena aku yakin, saat kamu minta pisah, sama aja kamu hancurin perasaan kamu sendiri. Kamu sayang sama aku kan, jangan mengabaikan itu," seru Musa lagi. Moza mengusap air matanya yang terus mengalir. Ia mempercepat langkah sampai akhirnya keluar dari ged