Jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat beberapa menit, tetapi mataku masih enggan terpejam. Tadi aku hanya pura-pura tidur agar Dila dan Ken juga tidur. Begitu aku mendengar dengkuran halus dari keduanya, mataku langsung kembali terjaga. Aku tidak tahu alasan pasti aku tidak bisa tidur, tetapi kurasa ini ada hubungannya dengan kegiatanku dan Dila yang terjeda. Mau pura-pura terlihat baik-baik saja seperti apa pun, pada akhirnya reaksi alami badanku tidak bisa bohong. Kali ini pandanganku kembali fokus pada Dila dan Ken yang tidur di sebelahku. Lagi-lagi senyumku mengembang melihat bagaimana cara Ken tidur saat ini. Kepalanya sudah miring ke arahku, satu kakinya juga ada di kakiku, tetapi tangan kirinya memegang erat jari telunjuk Dila. Bahkan dalam keadaan tidur pulas begitu, anakk