Malam terakhir di Korea, Dila jadi mengajakku ke Namsan Tower. Sejak siangnya kami tiba di Seoul dan mencari hotel, istriku ini sudah kelihatan excited sekali. Selama bulan madu ini aku benar-benar melihat sisi lain dalam diri Dila. Entah itu manja, banyak maunya, atau terkadang ngambekan. Satu hal yang sama sekali tidak berubah sejak awal kami mulai dekat adalah Dila yang selalu terus terang dan blak-blakan. Bukan maksud aku membandingkan Dila dengan Syafa, tapi aku merasakan perbedaan yang amat signifikan dari keduanya. Dila tidak malu mengutarakan keinginannya, termasuk dalam urusan yang satu itu. Iya, yang itu. Aku tidak perlu mengatakannya, kan? Aku justru senang sekali Dila mau jujur dan terus terang. Itu membuat komunikasi kami semakin intens dan semakin intens. Aku jadi tahu