Marsha menghela napas panjang, napas kelegaan karena meeting besar pertamanya di perusahaan ini sudah selesai. Dia tak pernah menyangka bahwa di balik perusahaan yang sukses ada tokoh-tokoh yang berkarakter kuat. Dia duduk di ruang kerjanya sambil mengusap perutnya yang kram, aneh dia belum juga datang bulan namun perut dan punggungnya terasa begitu kram. Happy memasuki ruangan kerjanya sambil membawakan berkas dan meletakkan di meja Marsha. Dia menelengkan kepalanya menatap Marsha. “Ibu, ibu teh lagi sakit? Pucet pisan,” ujar Happy membuat Marsha mengangkat wajahnya, matanya begitu sayu dan bibirnya memutih. Marsha mengernyitkan kening, “sepertinya saya enggak enak badan Happy, saya mau hubungi euhm mertua saya du—“ “Ibu!!!” jerit Happy, belum sempat Marsha mengatakan kata selanjutny