Pram memegang pipinya yang terasa kebas, menatap Irene yang menatapnya dengan tatapan terluka. Dia tau dia keterlaluan, tapi sifat Irene yang tak bisa diberi masukan itu membuatnya kesal. Bukankah dia telah memberikan waktu dan pilihan pada Irene, agar menjauhi pria itu agar mereka bisa fokus pada pernikahan mereka? Lalu apa yang dilihatnya, Irene malah berpelukan mesra dengan pria itu dan membuat dia amat cemburu. "Bapak sudah sangat keterlaluan! Bapak sangka saya adalah seonggok barang yang tak punya perasaan, apa yang Bapak inginkan? Tubuh saya? Saya akan memberikannya, tapi tidak dengan hati saya!" ucap irene ketus, Pram tak mampu menjawab ucapan Irene, bukan itu yang dia maksud, tapi, semuanya jadi serba salah. "Baik, Bapak ingin pernikahan ini berlanjut, kan? Ayo kita lanjutkan! Se