“Om, boleh kan cabut tuntutan mereka?” Samudera memang belum memberikan kepastian, Sena paham betapa kecewanya pria itu. bahkan sepanjang perjalanan menuju ke apartemen mereka, Samudera hanya diam saja. dan itu semakin membuat Sena kebingungan. Meskipun wajah Samudera dingin dan memberi tanda kalau dirinya tidak setuju, tapi tidak berhenti memberikan pengertian pada sang istri. Samudera menggenggam tangan Sena saat melangkah. “Nanti di rumah sama si kembar ya, mereka mau berangkat lagi malem nanti. Sekalian jagain kamu di sana.” “Iya, Om.” Enggan lagi menyinggung hal ini. samudera mengantarkan Sena, dia harus bergegas pergi. “Om langsung berangkat?” “Iya, banyak kerjaan numpuk. Gak papa kan? Kamu masih butuh sesuatu?” “Boleh peluk?” Samudera terkekeh dan menarik Sena ke dalam pelukan