Segumpal Dendam

1000 Kata

“Mas Qai,” panggil Rumi yang sore itu sudah hendak beranjak dari kantor untuk pulang ke kosan barunya. Ia melihat Qai yang tengah berdiri dan menyandarkan salah satu sikunya pada meja front office. Mendengar suara Rumi, Qai mengubah posisinya membelakangi meja, tapi tetap bersandar dan kini meletakkan kedua sikunya di atasnya. “Tumben pulang tepat waktu, biasa juga molor-molor.” Rumi hanya memberi Qai senyum kecil. “Mbak Thea gak papa, kan? Aku beneran gak enak soalnya. Dia pasti punya pikiran macam-macam.” “Nyantai Rum,” balas Qai melihat penampilan Rumi dari ujung rambut hingga kaki. Sejak pagi itu, ini kali pertama keduanya bertemu setelah Qai mengambil cuti satu hari. “Kamu udah baikan? Kalau ada apa-apa, jangan sungkan buat nelepon.” “Aku udah gak papa, sekali lagi makasih udah di

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN