“Kurang ajar kamu Galih!” Nada tajam penuh amarah meluncur dari bibir sosok jelita beraroma bunga melati tersebut. Kesedihan, rasa terluka, sesal, kemarahan terlukis pada wajah Nyai Ratih. Wanita itu mulai melakukan serangan, beberapa pukulan dengan gerakan cepat dia tujukan ke arah Galih Arteja. Galih terkena beberapa pukulan, pipi serta bibir pria tersebut tampak lebam dan meneteskan darah. Satu serangan dari terjangan kaki milik Nyai Ratih nyaris mengenai perutnya kalau dia tidak segera merendahkan tubuhnya ke belakang. Nyai Ratih sedikit heran lantaran Galih sama sekali tidak membalas serangan yang dia berikan, sepanjang pertempuran Galih hanya menghindar dari serangan serta menangkis menggunakan bilah bambunya. Malahan pria itu kini nampak tengah terluka dalam akibat serangan dari