“Kau!” Galih mendorong pergi wanita itu dari atas pangkuannya. “Braakk!” Tubuh Nyai Ratih jatuh menabrak meja makan. Galih segera berlari menuju westafel untuk mencuci wajahnya, pria itu menatap pada pantulan cermin di depannya. Saat ini nampak pipinya memerah seperti terkena luka bakar. Perlahan membentuh guratan sepanjang Nyai Ratih menggeseknya beberapa menit yang lalu. “Hihihihihi! Galih Arteja! Hihihihi!” “Luka apa ini?” Galih tidak mengerti kenapa wanita itu membuat luka pada wajahnya. Satu menit kemudian dia merasa kepalanya berkunang-kunang. Semakin lama semakin pusing, tubuhnya terhuyung dan jatuh ke lantai. Nyai Ratih melangkah pelan dengan kedua kaki telanjang, lalu berjongkok di sebelah wajah Galih. Menyentuh pipinya, pria itu ingin menepisnya pergi tapi tidak bisa karena