Bukan berdasarkan keinginan Galih, Seno tinggal di sisinya. Seno datang sekehendak hatinya sendiri, bahkan terkadang Seno sendiri tidak sadar seolah ada yang mengambil alih jiwanya. “Bang Galih? Jadi ke padepokan?” Tanya Seno seraya tersenyum sambil berdiri di dekat meja kerjanya. Galih sudah melepaskan daun telinga Seno, tapi pria itu masih berdiri dan enggan pergi dari dekat Galih. “Jadi, kamu mau ikut?” Ajaknya sambil berdiri lalu mengambil kunci mobilnya. “Maunya, tapi kerjaan Seno banyak sekali Bang.” Sahutnya pada Galih. Galih melambaikan tangannya. Pria tersebut tersenyum kemudian berlalu dari dalam ruangan kerjanya. Galih segera menuju ke padepokan untuk menjenguk Aji. Tempat tujuannya lumayan jauh, pria itu mengendarai mobilnya seorang diri melewati jalan sekitar hutan yang