“Galih selalu menyelamatkanku, pria itu datang di waktu-waktu tertentu dan tak terduga. Ah sudahlah. Lupakan saja dia!” Seru Gea seraya menggigit kuku ibu jarinya sendiri. Perasaannya sangat gusar dan gelisah, wanita itu terus berjalan menyusuri koridor kantor kepolisian tersebut menuju ke area parkiran. Dalam hatinya dia masih berharap bisa menemui Galih. Entah dalam pertemuan terencana atau sebuah kebetulan semata. Sampai di samping mobilnya, Gea kembali menatap arah koridor berharap pria yang ingin dia lihat muncul dan berdiri di sana. Setelah menunggu sepuluh menit, dengan perasaan kecewa Gea terpaksa masuk ke dalam mobilnya. Di sisi lain, dalam padepokan Macan Putih Aji dan Arsinta duduk termenung di paviliun. Ibu dan anak itu menatap para murid-murid padepokan yang kini sedang berl