“Kenapa kamu?! Mustahil aku tidak bisa memisahkanmu dari raga Galih! Apa kamu lupa siapa aku? Hihihi!” Serunya disusul dengan tawa mengerikan seraya menunjuk wajah Galih menggunakan ujung tongkat dalam genggaman tangannya. “Kalau begitu kenapa kamu tidak mencobanya?” Galih dengan suara Ki Wangsa mengukir senyum lalu berjalan santai menuruni tebing. Satu langkah kaki Ki Wangsa mencapai dua ratus meter jauhnya dari pandangan mata Nyai Ratih. “Duk!” Nyai Ratih memukulkan tongkatnya ke tanah penuh amarah. Tanah di bawah kaki wanita itu mulai bergetar dan retak, pepohonan di sekitar ikut tumbang tidak beraturan. Tanah retak terbuka menganga, dengan cepat menjalar sampai ke arah Galih. Galih yang kini dalam pengaruh Ki Wangsa merasakan getaran tersebut. Pria itu menjejakkan kakinya ke tanah