Seno berlalu dari dalam ruangan, tinggal Galih seorang diri di sana. Waktu telah bergulir hampir pagi, barulah pria itu beranjak berdiri. Galih menarik sorban dari atas kepalanya lalu meletakkan di atas bahu kananya. Pria tersebut menenteng kain sebagai alas duduknya sambil berjalan menuju ruangan kerjanya. Hening sekali, tidak ada suara selain langkah kakinya menyusuri koridor demi koridor. Kantor kepolisian tempat pria itu bekerja lumayan besar karena kantor tersebut merupakan kantor pusat utama yang ada di kota itu. “Sraakkkk! Sraaakk!” Galih mendengar kain diseret. Suaranya sangat berisik menggesek ubin, pria itu tetap berjalan dengan langkah kaki tenang menuju ke ruangan kerjanya yang masih agak jauh. “Grrhhhhh! Grrrhhh! Glttttkk!” Terdengar lagi suara nafas serta gigi berantukan.