Kanaya menangis dari balik pintu. Rasanya amat sakit, sangat sakit, lebih sakit dari pada penolakan Steve padanya di awal dulu. Meski dulu Steve tidak mau menerima cintanya, tapi Steve sangat menyayanginya. Sedangkan sekarang? Steve bahkan tidak ingat bahwa dia adalah istrinya. Mencoba untuk tegar, kuat, demi anaknya, dan lebih penting demi keutuhan rumah tangga nya. Ini semua ujian, benar-benar ujian luar biasa dalam rumah tangga nya. "Mom, kenapa Mommy menangis di sini?" "Jeje?" Kanaya secepat mungkin menghapus jejak air mata di pipinya. Dia kemudian tersenyum, sedikit membungkuk sambil mengusap kepala putranya. "Tidak sayang, mommy tidak menangis." "Jangan bohong dengan Jeje, Mom. Pasti mommy sedih karena daddy sedang amnesia, iya kan?" Melihat Jeje menatapnya sama seperti tat