“Mommy, bagaimana kalau Daddy tidak mengingat Jeje lagi?” Jeje yang biasanya kuat, mendadak muncul sikap kekanakannya. Ia menangis, dengan tersedu-sedu.
Naya menghampiri putra sulungnya itu. “Sayang, Daddy pasti akan pulih, kamu jangan cemas, Oke.”
“Tapi, tadi Daddy tidak kenal Jeje, Mom.”
Shareen mengusap puncak kepala cucunya, lalu dikecupnya lemah. “Jeje tidur ya, istirahat. Besok Daddy akan kembali ke rumah, kita bersama-sama berusaha, agar Daddy bisa pulih ingatannya kembali.”
“Iya, benar yang dikatakan Oma. Jeje harus yakin kalau Daddy akan kembali pulih, Daddy pasti akan ingat dengan Jeje, dengan kita semua. Oke, Sayang?”
Kanaya memeluk tubuh putranya dengan perasaan pilu. Sejujurnya ia juga merasa amat bersedih, bagaimana mungkin ini bisa terjadi kepada suaminya, rumah tanggan
