“Kamu tahu kalau aku selalu menyukai suara-suaramu, ketika kamu mendesah, seolah membuat sekujur tubuhku menegang tapi juga menenangkan,” bisik Steve di telinga Kanaya. Saat ini posisi keduanya saling berhadapan. Kedua pipi naya bersemu, sampai kapanpun ia tetap merasa malu, ketika berhadapan sedekat ini dengan pria yang dicintainya itu. “Ya, karena desahan ku hanya akan terngiang di telingamu saja, Sayang ...” jawab Naya sambil mengusap d**a tegap suaminya dengan spons mandi. Steve tersenyum lalu menyelipkan helaian anak rambut Naya ke sebalik telinganya. “Hmmm ... Haaah ..." Steve menghela napas panjang. Ia ingin membuat tubuhnya sesantai mungkin, melepaskan semua perasaan gundah, juga perasaan sesak. Karena nanti sore, ia akan menjemput Shareen untuk tinggal bersamanya. Entahlah, k