“Tidak, pelaku tidak mau buka mulut. Kami masih terus menginterogasi dan menyelidikinya.” Kalimat polisi itu terus terngiang di benak Aslan, membuatnya berjalan lebih lambat saat menggendong Audri kembali ke apartemennya. Ini sudah hari ketiga sejak kejadian itu dan Audri sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Kondisinya cukup stabil, beberapa luka bekas hantaman benda tumpul yang membuat tubuhnya lebam pun sudah memudar. “Om, kenapa?” tegur Audri pelan, kedua lengannya melingkari bahu Aslan, berpegangan. Aslan menoleh pada sang istri dan menghela nafas pelan. “Kenapa kita nggak bisa langsung menghajar Panca aja sih? Memangnya siapa lagi yang mendalangi penculikan itu kalau bukan dia?” Sebelah alis Audri terangkat, kemudian ia tertawa pelan. “Itulah kenapa Om harus nikah sama aku