BAB 2 PINDAH KE PARIS

1033 Kata
Tiba tiba saja handphone Valery berdering dengan keras sampai mengejutkanya yang sedang melamun memikirkan nasipnya. Valery melihat nama Clara sahabatnya yang menelpon Valery lupa mengabari Clara wanita itu pasti sedang bingung mencarinya. "Hallo. " "Valery dari mana saja kau semalam!?" Clara meneriakinya hingga Valery harus menjauhkan sedikit ponselnya. "Aku minta maaf Clara semalam aku pulang lebih dulu. " Valery kembali bohong karena tak mungkin ia menceritakan kejadian pada dirinya semalam. "Dan kau sakit apa bagaimana? Kenapa tak masuk. "Clara bagaikan kakak bagi Valery punya sahabat cerewet seperti Clara membuat Valery merasa masih ada didunia ini yang menyayanginya. "Aku baik baik saja. hanya saja karena sampanye semalam aku sedikit pusing pagi ini. " "Kau sudah minum obat pereda nyeri aku minta maaf terlambat memberitahumu, selesai pulang kerja aku akan pergi ke kontarakanmu. " "Iya terima kasih Clara. "Valery menghebuskan nafasnya dengan kasar hari ini pikiranya bercabang memikirkan nasip pekerjaanya. "Okey istirahatlah bye Valery. " " Bye Clara. "Valery mematikan sambungan telepon dan meletakan handphonenya di atas meja nakas. Dia kembali membaringkan tubuhnya menatap langit langit kamarnya bayangan wajah pria yang bernama Arthur itu semakin berputar putar dalam pikiran Valery meskipun Valery tak sempat berkenalan langsung dengan Arthur. tapi Arthur dengan berbaik hati menyuruh pelayan mengantarkan pakaian dan makanan. Sebelum pergi Valery sempat bertanya pada pelayan siapa nama pria bermata biru yang dingin itu. pelayan berkata bahwa pria itu bernama Arthur Davidson nama yang indah cocok dengan wajahnya yang juga tampan. Valery membayangkan bagaimana jika dia memiliki pacar setampan Arthur, memikirkannya saja membuat tubuh Valery seakan panas dingin tatapan tajam dan pesona Arthur berhasil membuat Valery jatuh cinta. tapi dia harus menggubur impianya dengan dalam karena tak mungkin seorang wanita biasa sepertinya di cintai pria kaya seperti Arthur Davidson. *** "Kau sudah akan kembali ke Prancis ?. "Regan melihat Arthur yang duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerjanya. "Yeah aku akan kembali secepatnya, tapi aku punya satu permintaan padamu?. "Arthur sudah memikirkan hal ini sedari tadi. "Apa yang kau inginkan dariku? Sebuah mobil?. " Regan melepaskan kacamatanya menatap serius sahabatnya. "Berikan satu karyawanmu padaku. "Arthur berkata dengan santai mengambil cangkir kopi dan meminumnya. "Kau ingin yang mana tentu saja permintaan mudah. "Regan tak mungkin tak mengabulkan keinginan pertama sahabatnya ini. "Valery aku mengingikan dia menjadi sekertarisku. " "Valery wanita yang semalam menginap di rumahku?. "Regan kembali bertanya untuk memastikan bahwa ia tak salah dengar dari bibir Arthur. "Yeah wanita itu, apa sulit untuk di kabulkan. " "Tentu tidak hanya saja kenapa harus Valery perempuan itu terlalu sederhana aku bisa mencarikanmu wanita yang lebih sexy dan yang tak kalah cantik. "Regan tak yakin sahabatnya ini mengubah seleranya. "Aku tak ingin wanita lain aku hanya ingin Valery, kirim dia keperusahaanku dengan cara apapun. "Arthur kembali menujukan sikap tegasnya. "Baiklah secepatnya aku akan mengurus kepindahan Valery ke kantormu. " "Terimakasih. " Arthur untuk pertama kalinya mengucapkan kata kata haram seperti terimakasih, ia tak penah melakukan itu seumur hidupnya tapi ini pertama kalinya demi memiliki wanita bernama Valery. Keesokan harinya Valery telah siap dengan pakaian kantor sederhananya dengan dandanan tipis ia pergi berangkat ke kantor dengan mengunakan bus. dia menempuh dengan jalan kaki untuk sampai ke halte tempat dimana bus yang sering ia naiki akan lewat. Setelah mendapatkan bus Valery langsung mengambil tempat duduk di salah satu kursi di dekat jendela ia memasang kedua handset pada telinganya memutar playlist lagu melow sambil menikmati perjalananya menuju kantor. hal ini yang sering di lakukan Valery untuk menemani kehidupanya. Ia hanya Valery yang malang lahir dari seorang ibu yang tak menganggap keberdaanya. ibu Valery adalah seorang model terkenal bahkan wajahnya sering menghiasi majala fashion maupun majala dewasa. siapa yang tak mengenal "Veronica Janson" yaps fakta itu yang selalu di rahasikan oleh Valery meskipun tak bisa menutupi bahwa wajahnya juga memiliki sisi yang sama dengab ibunya. Valery akhirnya sampai di kantor besar tempat ia selama ini berkerja untuk kebutuhan hidupnya ibunya tetap memberinya uang tapi Valery tak pernah mau untuk mengunakannya. Kakinya berjalan masuk menuju pintu kaca yang berputar semua orang orang hebat berlalu lalang menghiasi perusahaan besar ini. beruntunglah Valery bisa kepilih menjadi salah satu bagian dari sini. Valery meletakan tanda pengenalnya di sensor yang akan mendekteksi absen masuknya. ia menunggu di depan lift bersama karyawan yang lainya. jika kalian bertanya Valery bekerja sebagai apa ia adalah salah satu karyawan Product Development. produk yang dijual adalah produk interior. Pintu lift terbuka Valery buru buru untuk masuk, tubuhnya semakin di dorong karena banyaknya karyawan yang juga ikut bergabung. beginilah nasip Valery ia selalu memimpikan bisa masuk kedalam lift khusus para petinggi dimana lift itu hanya boleh di isi maksimal 2-3 orang. Akhirnya Valery sampai diruanganya ia meletakan tasnya di atas meja kerjanya dan mulai menghidupkan komputer yang menampilkan rancangan sebuah produk terbaru. "Valery?. "seorang wanita menghampiri Valery. ''iya. " Valery memutar kursinya dan melihat bahwa sekertaris pak Regan datang menemuinya. Valery langsung berdiri dan memberi hormat sebelum kembali melihat lawan bicaranya. "Pak Regan memanggilmu datanglah secepatnya okey. " "Baik buk. " Valery menuduk memberi hormat sekali lagi. setelah sekertaris pak Regan pergi Valery berusaha mengatur detak jantungnya. Ia takut bahwa pak Regan akan memecatnya. "Bagaimana ini aoa yang harus aku lakukan?". Valery kembali duduk mengetuk meja dengan jarinya. Setelah merasa lebih tenang Valery berjalan menuju ruangan dimana CEOnya berada ini pertama kalinya Valery berhadapan langsung secara peraonal dengan pak Regan. "Masuk. " "Maaf pak saya Valery ada apa bapak memanggil saya. "Valery menuduk ia tak berani untuk menatap langsung atasannya. "Duduklah Valery ada hal yang ingin saya sampaikan. " Valery duduk di kursi yang berhadapan dengan pak Regan secara langsung tangan Valery gemetar ia sudah siap jika harus kehilangan pekerjaanya. "Alasan aku memanggilmu disini adalah kau akan di pindahkan keperusahaan lain. "ucapan Regan membuat Valery mengangkat kepalanya ia sedikit bernafas lega ternyata ia bukan di pecat, tapi kenapa ia di pindahkan. "Kau akan di pidahkan ke salah satu perusahaan di Prancis. " sontak valery terkejut bahkan, ia tak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya. ia tak tau apa yang membuatnya harus mengakami hal sedemikian yang membuatnya harus di pindahkan ke prusahaan yang bahkan ia tak tau. "tapi kenapa saya di pindahkan?. " Valery memberanikan untuk bertanya akan alasanya. "karena disana lebih membutuhkan banyak karyawan baru yang berpengalaman, dan aku berpikir untuk melepaskanmu. "
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN