Valery melewati jalan dengan terburu buru.ia seperti merasakan ketakutan,terlihat jelas dari tanganya yang terus menerus saling mencekram di balik saku mantel coklat panjang yang menjuntai hingga sebatas lututnya.
Meskipun tak ada kesalahan yang ia lakukan malam ini.tapi,tetap saja Valery merasa ketakutan jika arthur akan memarahinya bahkan memberinya hukuman yang lebih parah dari ini.
Valery selalu berandai andai dirinya memiliki kekuatan super,atau malaikat pelindung yang melindunginya saat dalam keadaan sulit yang telah ia lalui selama ini.
Kaki Valery terhenti saat tubuhnya telah sampai di depan apartemen mewah yang ia tempati selama ini.andai saja saat itu Valery menolak dan tak tertarik untuk datang,akankah kehidupannya tak akan serumit ini?.
" Sungguh indah dan nyaman tapi, hampir seperti sebuah neraka." Valery berbicara sendiri,masih dengan terus menatap apartemen yang terdiri dari banyak kaca besar itu.kakinya terasa berat untuk melangkah masuk,tapi akhirnya tetap ia lakukan.
Valery memasukan sandi pintu yang mengunakan teknologi canggih.jika arthur masuk pria itu hanya perlu menekan sidik jari jempol tangannya maka,pintu akan terbuka tanpa perlu repot memasukan digit kode pintu.
" Gelap." Seperti itulah pemandangan yang menyambutnya.saat Valery masuk kedalam apartemen mewah itu,tangannya mencari saklar dan menekannya semua lampu hidup di beberapa bagian.
Valery melepaskan sepasang high heels, yang sejak pagi tak pernah lepas dari kakinya.Valery hanya melihat luka yang di sebabkan terlalu lama memakai high heelsnya,hal ini bukan terjadi pertama kali dalam hidup Valery tapi sering kali ia mendapatkannya semasa ia berkerja di boston.
" Hufff apa kau lelah Valery." Valery kembali berbicara pada dirinya sendiri,kaki telanjangnya berjalan dengan santai menuju kulkas tanpa memakai alas kaki.
Sebuah kaleng bir menjadi pilihanya.tangan Valery meletakkan kaleng bir di atas meja pantry,tangannya menarik satu kursi dan duduk sembari membuka tutup kaleng. Meneguk cairan keemasan itu dengan santai,sembari menikmati kekosongan berada di rumah yang begitu luas ini.
" Dulu aku berpikir memiliki apartemen yang besar dan bagus adalah sebuah kebahagian yang sesungguhnya.tapi, setelah menjalani hampir satu bulan lebih.aku merasa hal itu salah!aku lebih terlihat menyedihkan dan kesepian saat ini." Valery tersenyum dan kembali menarik kaleng bir dan meneguknya beberapa kali hingga tak ada lagi air yang tersisa.selain kaleng kosong yang ia lempar dari kejauhan.
Meletakan kedua tangannya di atas meja dan meletakan kepalanya dengan perlahan.tangisanya mulai pecah tanpa ia sadari Valery merindukan kehidupannya yang dulu di bandingkan saat ini.
" Aku merindukan sahabatku,aku merindukan aku yang dulu.aku ketakutan disini,aku tak tau harus meminta pertolongan kepada siapa." Valery terus berbicara dengan nada yang menyesakan jika orang lain mendengarkan saat ini Valery yakin mereka akan mengatakan betapa menyedihkannya kehidupan yang Valery jalani.
Setelah menangis entah berapa lama Valery bergerak untuk berjalan menaiki tangga menuju kamar terkutuk baginya. kenapa Valery mengatakan demi kian? karena di kamar itu telah menyaksikan betapa buruknya kehidupan Valery,betapa menjijikkannya Valery yang diperdaya oleh arthur.
" Aww." Valery sedikit meringis saat kakinya yang terluka tanpa sengaja tersandung,tapi hal itu tak mempengaruhi Valery.
Valery tertidur dengan meringkuk tubuhnya,hal itu sengaja ia lakukan agar dirinya jauh merasakan hal tenang.
" Tidurlah Valery tak akan ada hal buruk yang akan terjadi,tak perlu memikirkan hal yang akan membuatmu merasakan ketakutan." Valery memejamkan matanya setelah mengucapkan matra matra yang membuatnya tertidur pulas setelah berapa detik kemudian.
.....................................
Marcel menghentikan mobilnya di salah satu rumah mewah dan megah.yang selama 18 tahun ini menjadi tempat tinggalnya.
Ayahnya tiba tiba saja menghubungi Marcel dan meminta Marcel untuk pulang kerumah.tanpa Marcel ketahui apa yang terjadi,Marcel keluar dari mobil yang di kendarainya masih dengan setelan jas dan kemeja kantor Marcel berjalan masuk kedalam rumah meskipun dengan perasaan yang tak nyaman.
Tak disangka matanya langsung bertemu dengan seorang wanita yang pernah menjadi masa lalu Marcel,mantan istrinya. Grace wanita yang tak ingin Marcel sebut kembali namanya setelah 3 tahun perceraian mereka.
" Duduklah Marcel." Xander memanggil putranya yang masih terlihat shock karena kedatangan mantan istri anaknya.
" Untuk apa perempuan ini berada di rumah ini!." Marcel tak akan sudi duduk di hadapan wanita yang mengkhianatinya.
" Marcel tahan amarahmu,dan duduklah bersikaplah seperti dewasa bicarakan hal ini dengan baik baik." Xander manarik tangan Marcel untuk duduk di salah satu sofa yang berada tak jauh dari Grace mantan istinya.
Setelah merasa lebih tenang Marcel kembali mengeluarkan kata katanya,kali ini dengan nada pelan tapi terlihat menusuk.
" Apa yang membuat anda repot untuk menginjakan kaki anda di rumah ini nona Grace." Marcel langsung menyindir Grace dengan ucapnya,sampai kapanpun Marcel tak akan bisa memaafkan kesalahan Grace.
" Marcel aku ingin meminta maaf padamu." Grace menunduk tak berani untuk melihat kearah pria yang selama ini membuat ia sulit untuk lupa,meskipun Grace tau ia tak akan menerima permintaan maaf dari Marcel atas kesalahannya.
" Untuk apa kau minta maaf atas hal yang telah membusuk sejak lama." Marcel tertawa bahagia saat mendengar lelucon Grace.
Marcel yakin Grace datang tak mungkin tanpa maksud apapun.karena Marcel sangat hapal akan watak dan sifat Grace yang terlalu arogan dan egois akan banyak hal.
" Marcel dengarkan aku kali ini aku tak perduli kau akan memaafkan aku atau tidak.tapi, tolong bantu aku sekali ini saja." Grace frustasi harus meminta pertolongan kepada siapa lagi selain hanya kepada Marcel.
" Hahaha lihatlah,aku sudah hapal semua kebusukan tak mungkin datang tanpa maksud tertentu." Marcel terus tertawa seakan dirinya sedang menonton drama komedi salah.drama queen lebih tepatnya.
" Marcel kau harus dengarkan aku dulu." Grace ingin mengatakan apa yang terjadi tapi ia melihat,tubuh Marcel telah berdiri dan berlalu darinya.
" Marcel tunggu." Grace berusaha menahan pergelangan tangan Marcel,tapi pria itu malah menghempaskan tangan Grace darinya.
Tubuh Marcel yang tinggi berbalik menatap Grace dengan padangan dingin, yang terpancar dari bola matanya.
" Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotor,apa kau yakin dirimu terlihat pantas melakukan itu kepadaku?." Senyum smirk Marcel adalah hal yang mematikan dan menakutkan bagi Grace.orang baik akan menjadi jahat saat bertemu dengan seseorang yang melukai hatinya.
" Aku mohon Marcel,kali ini tolong selamatkan anak kita." Grace bersujud dibawah kaki Marcel,tubuhnya mulai bergetar menahan isak tangis yang kembali mengalir mengingat putri kecilnya dengan Marcel terbaring di rumah sakit karena kelainan sum sum tulang belakang.
" Drama apa lagi yang kau tampilkan di depanku kali ini,dari mana asal anak itu karena aku yakin kau sedang tak mengandung saat kita bercerai!! Lalu anak siapa yang kau maksud." Marcel menatap dingin kearah Grace yang masih bersimpuh dibawah kakinya.
" Marcel.aku mengatakan hal yang jujur Marcel pricillia adalah putri kita yang kini berusia 3 tahun.aku hamil saat kita telah bercerai dan aku tak menyadari bayi itu telah bersamaku 2 minggu,maaf merahasiakan hal ini sangat lama darimu." Grace berdiri dan menatap wajah mantan suaminya dengan padangan kabur karena terhalang air mata yang terus mengalir bagaikan anak sungai di sepajang permukaan pipinya.
" Aku hanya memintamu untuk rela menjadi pendonor sum sum tulang belakang untuk putri kecil kita Marcel,aku berjanji tak akan menganggu kehidupanmu setelah ini.tapi tolong lakukan hal itu sebagai tanda kau ayah biologis untuknya." Grace mengatakan hal yang sebenarnya juga menyakiti perasaanya,apa dirinya bisa hidup dengan tenang setelah ini dengan melihat Marcel menikahi wanita lain,yang lebih baik darinya.memikirkan hal itu kembali membuat Grace menangis.
Marcel terdiam sejujurnya ia juga tak tau akan hal yang saat ini dirinya dengar.satu sisi Marcel masih tak percaya dirinya memiliki anak dari Grace dan sisi lain Marcel masih berfikir Grace hanya datang untuk memanfaatkanya.
" Pricilia membutuhkan donor sum sum tulang belakang dan untuk menemukan kecocokan sulit,selain dari ayah biologisnya." Grace kembali mengatakan hal yang benar benar masuk akal bagi Marcel,karena ia sempat mengeyam pendidikan di universitas kedokteran.
" Aku akan melakukanya dengan satu syarat." Marcel menatap Grace dengan padangan dingin,jika dulu tatapannya selalu hangat kepada Grace karena ia jatuh cinta kini telah berbeda cerita.
Dan Marcel tak ingin tertipu untuk yang kesekian kalinya.bisa saja setelah ia mendonorkan sum sum tulang belakangnya pada seorang anak yang Grace katakan anak kandungnya,tetap saja ia tak bisa kembali bersama dengan Grace jika hal itu adalah faktanya.
Maka dari itu Marcel memilih untuk membuat perjanjian sebelum melakukanya.
" Setelah aku mendonorkannya,apapun yang terjadi jangan gunakan hal ini untuk menjadi alasan kita harus kembali bersama.aku tau semuanya tak mudah bagimu,aku pun juga begitu tiba tiba saja kau datang mengatakan aku memiliki seorang anak bukankah itu terlihat aneh.maka dari itu mari sepakat untuk membesarkannya secara terpisah." Marcel mulai mengesampingkan dulu masalah egonya dan amarahnya.
" Terserah apapun yang kau inginkan Marcel,aku hanya meminta padamu selamatkan anak kita." Grace menjabat tangan Marcel dengan rasa berat di hatinya,telah ini ia benar benar harus melupakan Marcel dari hidupnya.tak ada lagi sebuah harapan untuknya bisa kembali bersama dalam keluar kecil yang utuh seperti dulu.
" Aku akan terima semua keputusanmu." Grace tersenyum dengan tipis meskipun jauh di dalam hatinya banyak tangan yang seakan meremas dan mukul hatinya.
" Hm." Marcel hanya menjawab singkat dan menarik tangannya dari Grace.
Grace hanya bisa menatap punggung Marcel yang membelakanginya.sesakit inikah rasanya? grace hanya bisa tertunduk dan tak tau lagi harus bagaimana karena semuanya benar-benar rumit seharusnya ia tak mengemis kepada orang yang telah telanjur membencinya.
***