Justru dari Fariq sendiri yang berulang kali di telepon oleh Karina. Perempuan itu makin posesif setelah kemarin melihat Embun tengah mengandung. Dalam setengah hari ini tadi entah sudah berapa kali ia di telepon dan dikirimi pesan. Untung ponselnya dalam mode silent jadi tidak mengganggu pembicaraannya dengan Andrean. "Saya akan mengundang Pak Andrean dan istri di acara dinner bulan depan. Datang ya. Nanti saya infokan tanggalnya kalau sudah dekat." Andrean termenung sejenak, lalu buru-buru mengangguk. "Insya Allah, saya akan datang." Setelah selesai bicara, Fariq lebih dulu pamitan dan pergi, sedangkan Andrean masih menyempatkan diri untuk menelepon istrinya. Tepat setelah ia selesai menelepon, pandangannya bentrok dengan tatapan seorang gadis yang baru masuk restoran. Nency tersenyu