Author's POV Hendriko tersenyum miring. Dia tidak menggubris sama sekali ucapan mamanya. Mustahil baginya untuk minta maaf pada lelaki seperti Rusdy. Bahkan tadi kalau tidak dihalangi oleh Embun, laki-laki itu pasti sudah dibuat babak belur oleh kakaknya. Babak belur kali kedua setelah di hajar Andrean karena pengkhianatan mereka tujuh tahun yang lalu. Dia tahu bagaimana Andrean kalau sudah marah. Kakaknya yang pendiam itu bisa berubah jadi singa kalau mengamuk. Hanya saja sekarang mungkin berpikir berkali-kali kalau mau bertindak. Ada Embun yang harus dipikirkan perasaannya, dia tempat bernaung istrinya sekarang. Terlebih Embun sedang hamil dan tak lama lagi akan melahirkan. "Kamu nggak dengar mama ngomong apa?" "Nggak, Ma," jawab Hendriko cepat. Semakin menambah jengkel sang mama. "