“Doooooorrrrr!” “Dooorrrrrr!” “Doooorrrrr!!” Suara tembakan kembali terdengar. Violita tercengang dan perlahan membuka pintu rumah. Kedua tangannya masih gemetaran parah. Kedua matanya langsung mencari-cari sang suami. Suasana di sana masih gelap. Beberapa orang berkerumun di kanan kiri jalan. Violita jadi sulit menemukan suaminya. Karena selain kanan kiri dikerumuni warga, suasana di sana juga gelap gulita. Area kerumunan jauh dari lampu jalan. Cahaya yang menyinari di sana hanya sorot lampu dari rumah warga itu saja tak seberapa. Yang membuat Violita refleks lari, sebab pria yang memakai hem lengan pendek warna putih dan ia yakini merupakan suaminya, justru berusaha bangun secara tertatih. Daniel dibantu Kiro dan Beni dari kanan kini. “Sayang ...?!” sergah Violita layaknya orang