Sementara itu. Grizella menatap layar ponselnya yang baru saja ia letakkan di atas meja. Masih tersisa rona kekhawatiran di wajahnya, meskipun dia tidak ingin menunjukkan itu kepada putrinya. Dia memutar-mutar cincin kawinnya sambil merenung. Sebagai seorang ibu, hatinya terusik. Dia tahu Madeline berusaha tegar dan fokus, tetapi perasaan seorang ibu tidak pernah salah. Ada sesuatu yang masih tersimpan dalam hati Madeline, sesuatu yang mungkin hanya waktu yang bisa menyembuhkannya. Grizella menoleh ke arah pintu kamar saat Gale masuk, membawa secangkir teh hangat. "Bagaimana kabar Madeline?" tanya Gale sambil meletakkan cangkir teh di atas nakas lalu duduk di samping istrinya. Tadi Grizella memberitahu akan menelepon Madeline, setelah sekian lama dan putri kesayangan mereka belum juga