‘Madeline.’ Nama itu berputar-putar di benak Ian. Wanita yang selama tiga tahun menjadi istrinya kini muncul di hadapannya dengan penampilan yang benar-benar berbeda. Sejujurnya, Ian tidak pernah benar-benar memperhatikan Madeline saat mereka masih bersama. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, ambisi-ambisi pribadinya, dan pada akhirnya, merasa pernikahan mereka adalah beban. Madeline tidak pernah cocok dengan kehidupan yang dia inginkan, atau setidaknya itu yang ia pikirkan saat itu. Namun kini, mendengar bagaimana kedua adik perempuannya memuji Madeline, dan mengetahui pergaulan kelas atas yang dimilikinya, Ian tidak bisa mengabaikan rasa kagum yang perlahan merayap ke dalam hatinya. Ia ingat saat-saat ketika Madeline selalu ada di rumah, menunggu dengan sabar meskipun Ian selalu da