Freya sudah menunggu selama beberapa jam di dalam mobilnya. Tapi mobil Citra tak juga keluar dari pagar tinggi itu. Hanya ada dua mobil yang keluar. Satu mobil Raka dan satu lagi mobil yang membawa anak-anaknya sekolah. “Sial,” Freya memukul kesal setir mobilnya. Raka sepertinya sudah menebak pergerakannya. Dia sengaja menyimpan perempuan itu di rumahnya, tak membiarkannya keluar. Rumah yang seharusnya menjadi milik Freya. Freya mengumpat tiada henti. Dia melajukan kendaraannya masuk ke jalan bebas hambatan dan menekan pedal gasnya dalam-dalam. Rasanya ia ingin mati saja. Keluarganya sudah tidak menerimanya. Uang ia sudah tak punya lagi. Berkarir pun ia sudah tak bisa menembus persaingan. Dulu, dia pergi meninggalkan negeri ini dengan harapan bisa memulai karir internasionalnya. Tap