Kabar pernikahan

1865 Kata

Mahendra mendelik tajam ke arah ibunya, kesal bukan main memang kalau sudah mereka bersatu. Maka, ia tidak akan punya tempat untuk berada di antara ketiga orang itu. “Bu, jangan begitu,” tegur Intan lembah lembut. “Bagaimanapun, Mas Mahen adalah calon suamiku. Yang nantinya pasti akan selalu membahagiakan aku, iya kan, Mas?” Wajah Mahendra yang semula merasa kesal dan juga keki, mendengar pembelaan dari sang kekasih hati, jadi berubah menjadi lembut dan tersenyum manis. “Betul itu, Sayang. Mas akan selalu membahagiakanmu sampai kapanpun itu,” tegas Mahendra penuh penekanan. “Halah, tadi saja wajahnya murah dan kesal, sekarang berubah jadi manis,” ejek Santi membuat Mahendra kembali mendelik tajam ke arahnya. “Betul itu, Bu. Padahal, biasa saja ya, tidak usah berlebihan seperti itu,” t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN