Part 2

1177 Kata
Part 2 Hari bahagia terbesar itu ketika kita berhasil bersanding di pelaminan dengan orang yang kita percayai sebagai teman hidup. **** Akhirnya hari yang Agni tunggu tiba. Tidak sia-sia uang yang dia keluarkam untuk hari ini, karena semua sesuai dengan kemauannya. Agni tahu pasti Andra menyimpan uangnya untuk membeli rumah mereka nantinya, dan bagian dari acara pernikahan ini Andra menyerahkan semuanya padanya. Dan Agni tidak masalah. Berbagi dengan suami itu wajar bukan? Agni juga tidak pernah lupa mengirimkan uang jerih payahnya kepada keluarganya. Karena mereka yang paling utama. Di tambah lagi, sejak Agni lulus S2 Hukum di Universitas Negeri yang ada di kotanya, keluarganya meminta dia kembali ke rumah. Alasannya karena ketiga anak mereka sudah berumah tangga dan Agni yang usianya menginjak 27 tahun juga sudah memikirkan pernikahan dan alhasil bersandinglah dia dengan Andra. 7 tahun bekerja dibawah naungan sepupu dan sahabatnya, akhirnya dia menyusul Gina--sahabatnya. Kalian tahu apa? Agni di angkat menjadi partner di kantornya dan pastinya gaji Agni meningkat 2 kali lipat walau tidak sebanding dengan Gina. Tapi seminggu ini Agni menjadi pemimpin bagi lima anak buahnya. Agni senang akhirnya bisa sampai tahap ini, walau tidak mudah. Agni juga minta pada sepupunya untuk memperlakukan dia seperti karyawan pada umumnya dan lihat? Kakak sepupunya membuktikannya bukan? 7 tahun adalah jerih payah yang Agni lakukan selama ini. Awalnya Agni pikir setelah menikah dia akan berhenti bekerja, tapi Andra tidak setuju. Andra malah meminta dia terus bekerja. Katanya bantu kebutuhan rumah. Ya, Agni menurut saja toh mereka pasangan suami-istri bukan? "Selamat atas pernikahan kamu, Agni. Aku berdoa semoga kamu cepat bercerai dari lelaki busuk di samping kamu." perkataan sahabat Agni sontak saja membuat semua orang menatap ke arah panggung. Pasalnya suara Gina sangat keras terdengar di telinga mereka semua. Bahkan rekan kerja Agni yang tahu Agni dibodohi suaminya malah bangga Gina berbicara seperti itu. "Hahaha.. Kamu pasti bercanda ya? Masa mendoakan sahabat sendiri bercerai, atau jangan-jangan kam--" "Kamu selingkuhan Andra bukan? Aku sering melihat kalian keluar masuk hotel bersamaan. Ah, atau jangan-jangan malam ini kalian memesan hotel yang ada pintu penghubungnya supaya Andra bia mendatangi kamu ya?" Agni tidak menyangka jika Gina melakuka itu di acara pernikahannya. Agni tidak marah, hanya saja ini bukan saat yang tepat. Walau Agni sendiri masih ragu akan kebenaran semuanya, Agni tetap akan membela lelaki yang kini sah menjadi suaminya. Agni cuma tidak mau orang lain tahu permasalahan apa yang terjadi sebenarnya di sini. "Kamu bicara apa, mana mungkin Ani melakukan itu pada sahabatnya sendiri. Bukan begitu, Ani?" perkataan Agni yang seakan penuh dengan tekanan membuat Ani hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Hahaha.. bercanda. Aku turun ke bawah ya." Agni tahu perkataan Gina tidak bercanda karena saat Gina turun wanita itu tetap menatap suaminya dengan penuh kebencian. "Jika perkataan sahabat kamu membuat nama baikku tercemar, kamu yang akan terima balasannya." Saat itu Agni tidak tahu maksud dari perkataan suaminya. Tapi, saat menjelang malam. Saat acara sudah selesai di situlah Agni merasakanya.   Agni yang baru saja masuk ke dalam kamar tiba-tiba di tarik paksa oleh sebuah tangan kekar yang entah milik siapa. Kamar yang begitu gelap membuat Agni tidak tahu siapa lelaki yang ada di depannya. Lelaki itu merobek paksa gaun pernikahannya. Bahkan ciuman kasar lelaki itu membuat Agni berusaha memberontak. "Diam! Kamu harus menerima balasannya atas apa yang sudah kamu perbuat!" saat itu Agni sadar siapa lelaki di depannya. Dia adalah suaminya. Lelaki yang sangat Agni cintai tapi memperlakukan dia bagai seorang jalang. Agni jadi curiga apa semua perkataan orang-orang disekitarnya benar kalau Andra hanyalah lelaki yang memanfaatkan kebodohannya? "Jadi ini kamu sebenarnya, Andra?" pertanyaan Agni di jawab dengan smirk di wajah lelaki di depannya. Dia tidak peduli dengan Agni yang berteriak kesakitan. Yang harus dia lakukan saat ini adalah satu. Membayar apa yang Agni lakukan padanya. **** Kenan Maheswara adalah Managing Partner di Maheswara Consultant. Lelaki berusia 30 tahun itu sudah menikahi wanita yang sangat dia cintai siapa lagi jika bukan sekretarisnya sendiri. Sama seperti kedua kakaknya, Kenan malah kepincut dengan asistennya sendiri. Padahal dulu dia selalu meledek kedua kakaknya tapi sekarang malah dia yang terjebak permainan semesta. "Aku khawatir dengan Agni, perasaanku tidak enak." Kenan menatap istrinya--Kinan yang tengah hamil muda. Di kediaman Maheswara saat ini ada kedua orang tuanya, kedua kakak berserta istri dan anak mereka. Kinan memang dekat dengan Agni. Makanya wajar kalau dia merasakan hal yang seperti ini. "Mama juga, sejak Agni pamit ke kamar hotelnya, perasaan Mama sudah tidak enak. Entah kenapa Mama merasa ada hal buruk yang akan terjadi pada Agni. Kalian semua tahu betapa bodohnya anak itu, sampai tidak percaya dengan kita semua." wanita itu Mamanya Kenan-Alisha. Sedangkan lelaki di sampingnya adalah Papanya--David. Sedangkan kakak pertamanya--Gajendra, dia duduk di samping  istri dan anaknya--Gita dan Galen yang usianya 3 th.   Lalu kakak keduanya--Farel yang duduk memangku putranya--Ferdian memilih menjauh dari sang istri yang duduk di samping istri Kenan. Bocah berusia 2 tahun itu lagi manja-manjanya dengan kakak keduanya. Wajar si karena kakaknya baru saja pulang dari tugasnya menjadi relawan kesehatan di Afrika. Mulia sekali hidup kakak keduanya bukan? Sampai istri dan anaknya dia lupakan. Kenan bohong, mana mungkin kakakmya seperti itu. "Biarkan waktu yang menjawabnya, Ma. Kita hanya awasi saja Agni dari jauh. Jika mereka melakukan hal yang tidak wajar pada Agni, barulah kita yang bertindak tegas." jika David Maheswara berkata pasti tidak ada yang berani membantahnya termasuk Kenan dan kedua kakaknya. "Apa Agni baik-baik saja? Coba kamu hubungi Agni, perasaanku tidak enak." melihat Kinan seperti ini, mau tidak mau Kenan menghubungi Agni di tengah malam ini. Ya, mereka semua memang berkumpul karena terbangun suara Kinan yang berteriak memanggil nama Agni. Awalnya juga Kenan tidak bisa tidur, ia terbayang wajah sang adik. Tapi, Kenan berusaha berpikir positif dia tahu pasti Agni baik-baik saja. Agni adalah adiknya yang kuat. Buktinya sejak kedua orang tua Agni meninggal wanita itu bisa bangkit sendirinya. Dan Kenan yakin Agni baik-baik saja. "Tidak di jawab." Perasaan mereka semakin tidak karuan, saat telpon rumah berdering dengan kencang. Kenan yang posisinya ada di samping langsung mengangkatnya. "Selamat malam apa benar ini kediaman Maheswara?" suara penelpon membuat jantung Kenan berdegup kencang. "Ya, benar. Maaf ini siapa ya?" pertanyaan Kenan disambut dengan suara hening di telinganya. "Saya petugas hotel, dan saya menemukan dompet berwarna coklat dan kartu identitasnya atas nama Alisha Maheswara. Apakah benar dompet tersebut milik Ibu Alisha?" Kenan menahan telpon di tangannya demi bertanya pada sang ibu, "Dompet Mama yang coklat jatuh?" tanya Kenan membuat Alisha berlari ke kamarnya dan kembali lagi dengan nafas yang sudah tidak beraturan maklum sudah tua. "Ya, Ken. Itu dompet Mama, bisa tolong orang itu bawakan ke rumah?" Kenan kembali pada telpon gagangnya, "Bapak bisa ke rumah kami. Alamatnya persis dengan yang ada di KTP. Kalau tidak bisa sekarang, besok juga tidak masalah." "Baiklah, saya akan segera kembalikan setelah pekerjaan saya selesai. Terima kasih, Pak. Dan maaf mengganggu waktunya." Kenan mengembalikan telpon gagang terebut dan duduk di samping istrinya. "Sejak kapan di KTP ada nomer telpon rumah?" "Sejak Mama tahu yang menghubungi kita tidak mengambil dompet Mama." Alisha menunjukkan dompetnya yang dia pakai ke pesta dan di sana juga lengkap semua perlengkapan miliknya sampai KTP. "Jadi?" "Agni dalam bahaya." ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN