Langit menepati janjinya. Ia datang menemui sang papa dengan kepala masih agak basah. Sesekali, pria itu mengacak kepalanya, dan langsung menanyakan maksud sang papa memintanya menemuinya. “Duduk,” ucap opa Levian kepada putranya. Tanpa banyak berkomentar apalagi protes, Langit langsung menurut. “Ini mengenai Aksara. Kamu yang statusnya merupakan orang tua Aksara, juga merupakan suami dari istrimu.” Opa Levian langsung menyampaikan maksud pertemuan mereka. “Memangnya Aksara kenapa, Pa? Kalian enggak niat buat memangkas hukumannya, kan?” tanya Levian memastikan. Ia jadi lebih serius dan tak lagi mengusap-usap rambutnya. “Anggap saja, bahwa kamu satu-satunya orang tua Aksara karena kita tidak mungkin mengandalkan Titian.” Opa Levian meraih cangkir hitam yang baru ia isi teh hijau. Deti