Vivian tiba di dapur dengan langkah perlahan. Kakinya masih terasa berat, namun ia tetap berusaha tegar. Begitu sampai, ia langsung membuka pintu kulkas dan mulai mengamati isinya satu per satu. Ada beberapa bahan yang cukup segar,telur, tahu, sosis, sedikit sayur sawi, dan potongan ayam rebus dalam wadah tertutup. Beberapa bahan dasar seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai juga tersedia di rak samping. “Hmm...yang cepat dan hangat,” gumamnya pelan. Matanya tertuju pada sisa nasi di rice cooker yang masih hangat. Ia berpikir untuk membuat nasi goreng sederhana atau mungkin sup bening ayam sawi—dua menu itu tak butuh waktu lama. Namun, Vivian terdiam sejenak. Satu hal yang mengganjal, dia sama sekali tak tahu selera makan Leonard. “Apakah pria itu suka makanan pedas? Apakah ale