Leonard menghela napas pelan. Tatapannya beralih ke wajah kecil Elan yang menatapnya penuh harap, juga ke tiga anak lainnya yang kini memperlambat suapan mereka, menunggu jawaban. “Papa cuma…kangen,” ujarnya akhirnya, lirih namun cukup terdengar di meja makan yang sunyi. Maya menaikkan alisnya. “Kangen? Sama siapa?” Leonard tersenyum kaku. “Sama kalian semua.” Seketika suasana berubah. Keira nyengir lebar, Elan terdiam tapi matanya berbinar. Kelvin terlihat menunduk, pura-pura tak peduli, tapi jemarinya memainkan roti di piring dengan gelisah. Vivian memandang Leonard diam-diam. Pria itu mungkin tak sempurna sebagai ayah, tapi pagi ini—ia mencoba. Itu cukup untuk saat ini. Namun suasana hening kembali saat Maya bertanya dengan polos, “Kalau kangen, kenapa baru sekarang?” Dan Leonard