Keira berdiri membeku di ambang pintu, matanya membulat kaget saat melihat Papa-nya dan Vivian duduk berhadapan di meja makan, tangan mereka masih saling menggenggam. Suasana yang dia saksikan begitu berbeda—bukan seperti obrolan biasa antara orang dewasa di rumah ini. Vivian langsung melepas genggaman itu dan membalikkan badan dengan gugup, sementara Leonard hanya diam mematung, menatap putrinya yang berdiri dengan wajah campur aduk antara bingung dan penasaran. “Keira?” suara Leonard akhirnya terdengar, rendah tapi jelas. Gadis kecil itu mengangguk pelan. “Aku…aku cuma mau ambil air minum.” Tak ada yang bicara selama beberapa detik. Vivian mencoba menenangkan dirinya, lalu berkata lirih, “Aku ambilkan airnya, ya?” Tapi Keira tidak segera menjawab—dia masih menatap ayahnya, seolah in