“Arah pulang ke mana, ya?” monolog Edith dengan wajah yang sangat kebingungan. Dia kini tengah berdiri sendirian di pinggir jalan kota. Padahal ia sudah sangat percaya diri sekali di depan Domi dan Ayane jika dirinya tidak perlu diantar sampai ke kediaman Porvich dan bisa menemukan jalan pulangnya sendiri. Tangan Edith bergerak merogoh saku di bajunya yang diberikan secara gratis oleh Ayane. Gaun emasnya itu sudah tidak layak pakai lagi. Ini cukup elegan meski warnanya terkesan seperti penduduk biasa—coklat dan cukup kusam. Dengan perasaan yang penuh cemas-cemas harap, Edith menarik kembali tangannya dan menggenggam sesuatu di sana. Ia membuka genggaman tangannya. Hanya ada ranting dan daun kering di dalam sana. Sial, Edith dibawa pergi tanpa membawa uang sepeserpun. “Anu,” panggil Edith