“Cal,” panggil Luna pelan sembari menatap pria yang berdiri di depannya itu. Mereka berada di taman belakang istana yang entah bagaimana caranya Luna bisa menarik Calian hingga ke sana. Rembulan tepat berada di atas mereka seolah menjadi saksi bisu dalam pembicaraan malam ini. “Cal, aku merindukanmu.” Luna tiba-tiba menghamburkan dirinya ke arah pria berambut perak itu dan memeluknya erat. Calian sontak terkejut dan melepaskan pelukan itu dalam waktu singkat. “Luna, berhentilah bersikap seperti itu!” Luna menatapnya nanar hingga sudut matanya berair. “Tapi, Luna benar merindukanmu. Apa Cal tidak merindukan Luna juga?” Calian menghela napasnya pelan, “Aku tidak ingin membahasnya. Kau sekarang sudah menjadi bagian dari mereka, aku tidak seharusnya ada di sini.” Calian berbalik dan hendak