Edith terjungkal ke belakang saking kagetnya melihat serigala putih itu sudah berada di depannya. Anne dan Poppin sudah pingsan dan jatuh tak sadarkan diri karena terkejut setengah mati. Edith melebarkan matanya. “Kau anjing—maksudku, serigala yang kemarin kan?”
Hewan berbulu putih itu tiba-tiba menegang dan semua bulunya menegak. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan membuat wajah seperti maling yang tertangkap basah. Gawat, aku terlalu semangat sampai naik ke atas sini menggunakan wujud ini.
“Syukurlah! Aku sangat takut jika kau mati. Kau tidak tahu apa yang akan ketua PMR lakukan padaku jika aku membiarkanmu mati. Mungkin dia akan menyuruhku squat, ah, tidak, mungkin menyuruhku harakiri1. harakiri : bunuh diri di jepang dengan cara merobek perut sendiri. di depan anggota lainnya sebagai penebusan dosa. Itu tidak penting lagi, sekarang kau sudah selamat.” Edith tiba-tiba menghambur dan memeluk hewan besar itu meski tangannya hanya sampai setengah dari lingkar badannya.
Calian menatap Edith, dari pandangannya saat ini, wanita itu nampak sangat aneh. Seharusnya kebanyakan manusia akan kaget sampai pingsan karena melihat wujudnya yang sangat mengerikan ini, bahkan Calian sendiri tidak suka dengan wujud perubahannya. Namun, saat ini Edith tengah memeluk Calian seperti boneka super besar yang dulunya hanya mampu ia lihat dari luar toko.
“Lembutnya ...,” gumam Edith nyaman, dia bahkan lupa jika di depannya ini sama sekali bukan boneka melainkan makhluk hidup yang tengah menahan wajahnya yang memerah akibat Edith terlalu banyak mengelusnya.
“Woof!”
Kumohon berhentilah!
Edith mengangkat kepalanya. “Benar juga, kenapa kau tiba-tiba datang ke atas sini?”
Calian meneguk ludahnya, ia tanpa sengaja mengibas-kibaskan ekornya karena gugup. Tentu saja dalam wujud ini ia tak bisa bicara atau mungkin Edith akan pingsan seperti yang lainnya. Tidak mungkin juga dirinya langsung berubah kembali ke wujud manusia karena jika ia berubah, maka pakaiannya akan menghilang!
Pada akhirnya, Calian menggeleng. Membuat Edith menggembungkan pipinya karena bingung. Mereka lalu duduk bersama di pinggir balkon. Tidak, tepatnya Calian yang duduk di bawah sementara Edith dengan sangat santai bersandar di bulu tebal Calian sambil menguap. Sementara Anne dan Poppin masih tidak sadarkan diri di lantai.
“Aku daritadi menunggu seseorang loh, Tuan Serigala. Dia mengirimiku surat aneh dan menyuruhku bertepuk tangan tiga kali. Aku sudah menunggunya dari tadi dan dia belum juga datang.” Edith menghela napas sambil memainkan jari-jarinya. Ia kehilangan kesempatan di depan matanya. Calian menatap orang yang telah menyelamatkan hidupnya itu dengan sendu, setidaknya ia ingin membalas perbuatan baik itu meski hanya sekali.
“Hm, apa?” Edith sedikit kaget ketika serigala itu mulai berdiri. Calian bingung bagaimana cara menyampaikan jika ia ingin membawa Edith ke pesta tersebut. “Ternyata punggungmu besar juga ya. Apa aku boleh naik ke atas sini?” Sambil menepuk-nepuk punggung serigala jumbo itu, Edith melangkahkan kakinya dan langsung naik ke atas. Tingkah Edith membuat Calian terkejut dan instingnya mendadak berteriak. Dia tidak pernah dinaiki oleh siapapun sebelumnya, terlebih oleh seorang wanita. Benar juga, aku bisa membawanya pergi seperti ini.
“TUNGGU—WOIIII!!!”
Calian tanpa aba-aba langsung terjun melompati balkon dan bersiap untuk mendarat ke tanah. Mereka mendarat dengan mulus karena bantalan di kaki Calian yang membuat guncangan ditekan. Edith masih melotot karena kaget. Ia merasakan jika jantungnya tertinggal di atas sana dan meraba-raba nadinya untuk memastikan jika denyutnya masih tersisa.
“Huft, aku masih hidup ternyata. Syukurlah.” Edith melengos pasrah dan penuh syukur, ia baru pertama kali ini bersyukur dengan begitu taat dari hatinya. Rasa kematian memang sangat menyakitkan dan Edith tak mau mengalaminya lagi.
“Woof! Woof!” Calian menyadarkan Edith dari traumanya, wanita itu turun dari punggung Calian dan segera merosot ke bawah saking syoknya. Calian tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan segera pergi ke balik pepohonan untuk berganti wujud kembali ke bentuk manusianya.
“Kurasa nyawaku berkurang satu ... bagaimana denganmu, Seri—eh, kemana dia?” Edith mengerjap saat melihat ia kini sendirian di samping mansionnya ini. Ia berdiri dan membersihkan gaun biru yang akan ia pakai untuk pesta malam ini kemudian berjalan perlahan, mencari keberadaan serigala itu. “Hoi, Woofie. Kau di mana?” Begitu nama yang Edith berikan untuk Calian dalam versi serigalanya.
“Maaf telah membuat anda menunggu lama, My Lady, Duchess Porvich.” Suara pria terdengar dari balik pepohonan, Edith menolehkan kepalanya dan melihat ada yang datang dari sana. Dia memasang kuda-kuda yang ia pelajari ketika di dojo untuk berjaga-jaga jika orang bernama Calian itu adalah orang yang m***m dan jahat.
“Perkenalkan, nama saya Calian—”
Tendangan dilayangkan. Namun, itu berhenti tepat di hadapan wajah Calian yang kaget melihat ada kaki tepat di pinggirnya. Edith membelalak melihat pria berambut perak itu.
“Du ... chess?” tanya Calian terbata sambil menatap Edith yang juga melotot menatapnya. Edith ingat dia! Itu adalah pria yang bersamanya saat dirinya hampir tidak sadarkan diri. Memang Edith tidak melihat wajahnya karena sangat samar-samar, namun ia yakin sekali jika itu adalah pria ini.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Edith menyelidik, kini tatapan matanya bahkan lebih dingin dari pembunuh bayaran yang uangnya telat dibayar. Calian tidak ingin mencari masalah, ia menggeleng sambil tersenyum dan mengangkat kedua tangannya di depan d**a.
“Tenanglah dulu, Duchess. Biarkan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu.” Edith menurunkan kakinya dari sana, ia berdeham sambil menyuruh Calian untuk memulainya. Maksudnya adalah perkenalan. “Nama saya adalah Calian Forestier, anda bisa memanggil saya dengan nama Cal, Nyonya. Saya seorang pengembara yang tengah mencari seorang tuan. Saya mendapat kabar jika Nyonya butuh seorang pengawal. Apakah anda tertarik memperkerjakan saya?”
“Tidak, aku tidak mencari pengawal dan aku tidak mau mempekerjakanmu.” Edith menolaknya cepat. Lagi pula, dia tidak butuh pengawal sementara ia bisa menghajar semua preman dengan tangannya sendiri. Seperti petir yang menyambar di malam hari, Calian yang ditolak oleh Edith secara langsung membuatnya lemas. Ia tidak berharap akan jadi seperti ini. Calian juga harus mencari tempat agar bisa bersembunyi.
“Saya bisa melakukan banyak hal. Selama saya berguna untuk anda, kumohon ijinkan saya untuk selalu di sisi anda, Duchess.” Calian mencoba menawarkan dirinya lagi, ia memasang wajah memelas sambil berharap Duchess akan menerimanya.
Edith menimbang-nimbang sejenak. Ia melihat keseluruhan dari pria bernama Calian itu. Dia punya wajah yang cantik dengan rambut perak miliknya yang sedikit panjang. Edith hanya sampai di bahu Calian jika dibandingkan, dia memiliki tinggi yang hampir sama dengan si Duke playboy itu. Jika diperhatikan secara seksama, Cal menatap Edith seperti seekor anjing yang tengah memelas ke majikannya. Setidaknya jika ia berkhianat padaku, aku akan langsung menyingkirkannya.
“Siapa di sana?”
Edith berjengit kaget, ia menoleh ke belakang dan melihat pengawal yang dikirim oleh Aiden tengah berpatroli sampai di sini. Ia tidak punya pilihan lain lagi, Edith mengangguk cepat. “Baiklah. Kau akan kuterima sebagai pengawalku.”
Calian tersenyum senang. Matanya bersinar di dalam kegelapan. Sebenarnya itu membuat Edith merasa sedikit tidak nyaman karena ia hanya berencana untuk memanfaatkannya saja. Dia menghela napasnya sejenak.
“Ada satu tugas untukmu sekarang.” Edith mengacungkan telunjuknya dengan wajah serius. Calian mengangguk singkat, ia tahu tugasnya akan datang saat ini juga. “Bawa aku keluar dari sini dan kita akan pergi ke kerajaan.” Edith merasa bisa mengandalkan pria di depannya ini. Ia melihat ke belakang dan kedua pengawal itu tengah berjalan menuju ke arahnya.
“Baik, pegang tangan saya, Duchess.” Calian mengulurkan tangannya, Edith menatap sejenak tangan yang terulur ke arahnya itu dengan diam. Calian menoleh lagi saat tangannya belum juga mendapat jawaban. “Cepatlah, Duchess. Kita akan terlambat.” tanpa tunggu lama, Calian menyambar tangan Edith dan menariknya untuk pergi dari sana. Edith berlari kecil mengikuti irama langkah milik Calian tersebut. Pria itu tersenyum senang. Kalau masalah pintu keluar yang aman, hidung Calian akan menjadi solusi terbaik untuk itu. Dia pasti akan membawa Duchess ke tempat yang ia mau.
Edith terdiam saat ditarik begitu saja oleh Calian. Dia tidak marah ataupun kesal karena sikapnya. Edith tersenyum kecil. “Heeeh, ini cukup menyenangkan.”
“Ngomong-ngomong, apa kau melihat serigala besar saat kau keluar tadi?” tanya Edith spontan di tengah pelariannya. Calian mendadak berhenti dan membuat Edith menabrak punggungnya dengan cukup keras. “Adududuh,” ringis Edith sambil mengusap jidatnya yang sedikit pusing.
“Ah, dia peliharaanku.” Calian tidak pandai berbohong. Namun, Edith dengan tingkat kepintarannya saat ini hanya mengerjap takjub mendengarnya.
“Wah, kau memelihara serigala? Itu bagus sekali, apa aku boleh bertemu dengannya lagi? Aku sangat menyukainya.” Edith masih teringat betapa lembutnya bulu serigala tadi, ia ingin mencoba tidur di antaranya. Calian menoleh, melihat Edith dengan tampangnya yang terlihat percaya saja. Tanpa disangka, dia menyemburkan tawa kecil.
“Pfft!”
“Kenapa kau tertawa? Apa kau mengejekku?” cibir Edith sambil menatapnya sinis.
Calian menggeleng ringan dan menatap Edith dengan manis. “Tidak, Duchess. Sepertinya peliharaan saya juga sangat menyukai anda.”