Hari ini setelah selesai mengisi sebuah seminar Pandji berencana datang ke kedai mie milik Renata untuk sekedar berbincang, mengobrol dengan Renata memanglah sangat menyenangkan bagi Pandji.
Lelaki itu segera membereskan piranti mengajarnya, saat sedang membereskan laptopnya Pandji mendapat sebuah pesan.
From: Kinanthi
Jangan lupa datang ke RS. Kasih Bunda. Jam 2. Jangan sampe telat!
Pandji membaca pesan itu lalu dengan tergesa-gesa memasukan laptopnya ke dalam tas, kenapa mendadak sekali?
Ia berjalan cepat menuju area parkir sambil mengetikan sebuah pesan permintaan maaf untuk Rena.
To : Renata
Sorry Re, Aku nggak jadi dateng. Hari ini aku ada janji penting dengan Kinanthi. Besok pagi sebelum ke kampus, aku akan mampir ke Kedai mu.
Setelah berada di dalam mobil, Pandji langsung tancap gas, Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pasalnya Kinanthi meminta ia datang jam 2 dan sekarang jam 2 kurang 15. Bisa di damprat Kinan kalau ia sampai telat, wanita itu memang paling anti dengan yang namanya jam karet, bahkan hanya karena Pandji terlambat dating saat mertuanya mengundangnya dalam sebuah acara makan pun Kinanthi mengomelinya tanpa ampun, bahkan dengan sangat menyebalkan Kinanthi masih membahasnya beberapa hari kemudia. Macam acara televise, marahnya Kinan itu bersambung.
Kurang lebih setengah jam kemudian Pandji tiba di salahsatu rumah sakit elite khusus ibu dan anak.
"Maaf aku terlambat. Kamu mendadak banget ngabarinnya." ucap Pandji dengan nafas tersenggal-senggal, karena berlari dari parkiran hingga ke depan ruangan dokter yang akan memeriksa mereka, bahkan peluh mulai bercucuran di pelipis dan dahinya.
Kinanthi menatap Pandji datar. "Udah makan siang?" tanya Kinanthi tsnps mengindahkan pernintaan maaf Pandji
Pandji menggeleng. Kinanthi pun menarik tangan Pandji menuju kantin RS.
Pandji menatap heran Kinanthi. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya 'jam 2.30' lirihnya.
"Makan!" titah Kinanthi sambil meletakan sepiring siomay lengkap yang tadi ia pesan.
"Katanya kita konsultasi jam 2?" Tanya Pandji heran.
Kinanthi mengempaskan bokongnya di kursi yang ada di depan Pandji. "Jam 3. Aku cuma nggak mau kamu telat. Buruan makan!" jelasnya santai.
Pandji melotot seketika dan dibalas tatapan tajam oleh Kinanthi. Pandji pun menghela napas pendek dan dengan lahap menyendokan siomay ke dalam mulutnya.
Kinanthi memandangi Pandji yang sibuk melahap siomay-nya.
Pandji, laki-laki dengan sejuta pesona. Kulit coklat nan eksotis, otot-otot perut dan lengannya yang terpahat dengan sempurna, dibalut kemeja putih digulung sesiku, dan rambut acak-acakan yang menambah keseksiannya.
Kinan buru-buru mengalihkan pandangannya. Ia terpesona pada suaminya. Namun lagi-lagi ia mengedepankan ego-nya. Ia tak mau lagi jatuh cinta. Sungguh. Ia trauma.
Setelah selesai menjalani serangkaian pemeriksaan, dan dinyatankan mereka berdua tidak memiliki masalah reproduksi. Kinan dan Pandji pulang kerumah dengan mobil mereka masing-masing.
Pandji sampai di pelataran rumah, ia melihat mobil mewah Kinanthi sudah terparkir di dalam garasi, bersanding dengan mobil-mobil mewah lainya.
Pandji membuka pintu rumah mewah milik Kinanthi "Assalamualaikum"
suasana rumah begitu sepi. Ia pun segera naik ke kamarnya di lantai 2.
Pandji membuka pintu kamarnya, ia kaget bukan main mendapati Kinan yang sedang berdiri di depan kaca meja dandan yang sedang menyemprotkan parfum, yang harumnya begitu memabukan.
Kinan membalikan tubuhnya, ia menatap Pandji yang terpaku melihat dirinya.
Kinanthi makin mendekat kearah Pandji. Tubuh sintalnya hanya dibalut bra dan cd dengan warna senada.
Kinanthi memeluk Pandji dengan lembut, mendengarkan degub jantung suaminya yang begitu kuat.
Berapa banyak waktu yang dibutuhkan Kinanthi untuk mandi bahkan berdandan tipis seperti ini? Seingatnya tadi mobil Kinanthi tak jauh melaju didepan mobilnya?
Ah, sudahlah! Sempat-sempatnya ia memikirkan itu! Fokus Ndji! Fokus!
Sama seperti Pandji, jantung Kinanthi berdetak 2 kali lebih cepat, namun ia tetap melancarkan aksinya. Malam ini ia harus berhasil menghilangkan ketakutannya untuk berhubungan intim, menghilangkan traumanya saat masih bersama Pandu dulu.
Kinanthi meraih tas kerja milik Pandji dan melemparnya ke sofa. Ia mengarahkan tangan Pandji untuk memeluk dirinya yang nampak menggoda dalam balutan underwear.
Ia mendongak menatap Pandji yang sedari tadi menikmati aroma rambut miliknya.
Kinanthi jadi tersipu sendiri melihat bagaimana Pandji mencium rambutnya begitu dalam dengan menutup mata, seolah benar-benar menikmati aroma harum yang menguar dari sana.
Kinanthi mendekatkan bibirnya ke telinga Pandji.
"Let's make our baby." ucap Kinanthi dengan nada yang begitu sexy di telinga Pandji. Sambil mengusap-usap tengkuk Pandji.
Pandji sudah tak tahan lagi. Kinanthi begitu menggoda imannya.
Pandji menggendong depan Kinanti seperti anak kecil. Dan dengan sigap Kinanthi melingkarkan kakinya di pinggang Pandji.
Pandji duduk disofa sambil memandang kinan yang kini duduk dipangkuannya. Ia mengusap pipi Kinan turun ke leher dan ia menarik tengkuk Kinan semakin mendekat.
Ia mengecup pelan bibir Kinan yang dipoles lipstik berwarna nude. Ciuman pertama baginya, dan hey! Kenapa bisa semanis ini!
Kecupan itu berubah menjadi ciuman yang semakin menuntut, akhirnya Kinan membalas ciuman panas dari Pandji. Ia mengalungkan tangannya di leher Pandji, sesekali memijatnya membuat Pandji semakin membara. Sementara Pandji meraih kaitan bra Kinanthi di punggung wanita itu, namun nihil, ia tak mendapatkannya, membuat Pandji menggeram.
“Disini” bisik Kinanthi disela-sela ciuman panas mereka, wanita itu menarik tangan Pandji kedepan dadanya dan menunjukan sesuatu yang sejak tadi dicari Pandji.
Pandji melepaskan ciumannya, Kinanthi merasa begitu kehilangan. Ia masih ingin menyecap manisnya bibir Pandji. Namun seper sekian detik kemudian ia bagai mendapat sengatan listrik.
Pandji mengulum pucak p******a Kinanthi, tangan kanannya meremas pelan p******a Kinan yang dan tangan kirinya meremas bongkahan p****t sintal milik Kinan.
Desahan Kinan memenuhi kamar mereka berdua, ia menekan kepala Pandji, seakan meminta lebih, gila! Ini sangat nikmat.
Entah sudah berapa tanda yang dibuat Pandji pada d**a dan leher Kinanthi.
"I want you" bisik Pandji serak sambil mengarahkan tangan Kinanthi untuk menyetuh juniornya yang masih tertutup celana kerjanya, Pandji sudah tegang. Kinanthi pun mengangguk lemah karena ia pun ingin.
Pandji menggendong Kinanthi dan merebahkannya di kasur empuk mereka secara hati-hati, seolah istrinya adalah barang antic yang berharga dan mudah rusak.
Ia kembali bermain dengan p******a Kinan yang sudah penuh dengan tanda merah.
Ciuman Pandji terus turun hingga perut rata Kinanthi, ia bermaim sebentar dengan pusar bertindik milik kinanthi, sambil melepaskan satu-satunya kain penutup milik Kinanthi.
Ia mensejajarkan wajahnya dengan inti Kinan yang begitu indah terawat.
kinanthi mendesah kuat-kuat sejak tadi, foreplay yang begitu memabukan, bahkan ia dan pandu tak pernah melakukan foreplay.
"Ahhhhh...." desah panjang Kinanthi saat Pandji menciumi inti tubuhnya.
Ia menjambak rambut Pandji.
"Pliss Ndjihh..akhhuh mau keluarhh" Kinanthi mendesah tak karuan.
Blurrr....
Kinanthi mendapat pelepasannya, rasanya begitu nikmat. Dirinya menatap Pandji yang sedang melahap habis cairan cinta miliknya.
Wajah kinan memerah, Ini Pertama kalinya ia merasakan nikmat saat having s*x.
Ia menarik tengkuk Pandji dan menciumi habis bibir sexy milik Pandji.
Kinan membalikan posisinya menjadi diatas Pandji. Ia melepas kemeja milik Pandji yang sejak tadi masih membalut tubuh sexy milik suaminya itu.
Ia menatap penuh minat tubuh atletis milik Pandji.
Pandji mendesah hebat saat Kinan memberikan tanda merah keunguan di d**a dan perutnya.
Pandji tak tahan lagi. Ia membalikan posisi seperti semula.
Pandji membuka celananya dengan tergesa-gesa.
"Ready?" tanya Pandji sambil melirik juniornya yang nampak gagah.
"Pelan-pelan" lirih Kinanthi.
Perlahan tapi pasti junior pandji tertanam sempurna di dalam inti tubuh Kinanthi.
Mereka bermain hingga pukul 1 pagi. Entah sudah berapa banyak ronde mereka bermain.
Kinanthi menatap Pandji yang sudah terlebih dahulu tidur. Ia tersenyum mengingat betapa mereka berdua saling mendamba. Ini adalah pengalaman terindahnya, ia serius.
Kinanthi merebahkan kepalanya di d**a bidang suaminya. Ia pun menyusul Pandji ke alam mimpi, sebelum mencuri satu kecupan di d**a bidang berotot milik Pandji.