Part 4

1372 Kata
Part 4 Tidak ada yang aku ketahui mengenai adik-adikku. Apa karena selama ini aku menyibukkan diri mencari lelaki itu? -Marcelle Ar-Rasyid - *** Dor... Bukan Marcelle yang menembak orang yang membuat kepala Marcelle pening. Melainkan adik bungsunya. Tatapan hangatnya berubah seketika menjadi tatapan dingin. Sedangkan pistol yang Marcelle acungkan dia letakkan kembali di saku celana belakangnya. "Bisakah anda sabar Nona Bella?" Marcelle cukup salut dengan sikap adiknya yang begitu cekatan, jika dia tidak meletakkan berkas-berkas di mejanya dia yakin kejadian ini tidak akan terbongkar dan pastinya Joko yang kini berubah wajah itu akan berlama-lama di sini. Dan Bisa-bisa dia akan jadi pemboikot bagi agensinya. Sial! Untung adiknya bisa di andalkan. Marcelle yakin, Bella tidak bekerja sendiri. Karena, senyuman puas saudaranya yang lain beserta Alden membuat Marcelle yakin, jika mereka membentuk tim sendiri untuk mencari segala hal yang mereka inginkan. Mungkin Marcelle bisa katakan, mereka tim pembersihan. Karena dengan cepat menarik kasus bertahun-tahun tanpa waktu lama. Bahkan dia sendiri tidak tahu ada pengkhinat di dalam wilayahnya. Mungkin karena insiden adiknya, Marcelle tidak sadar melonggarkan pertahanannya. "Tidak bisa. Siapa pun yang berani mengkhianati AOI dan kepercayaan keluarga saya. Maka saya tidak segan mengeluarkan peluru kesayangan saya untuknya. Tidak peduli dia orang terdekat sekali pun." "Sialan! Berani sekali kamu melukai tubuhku hah?! Kamu pikir kamu siapa?!" Marcelle tersenyum sinis. Sedangkan yang lain hanya bisa diam di tempatnya sambil memaki jika orang itu sudah melakukan kesalahan terlalu besar. "Saya? Bella Ar-Rasyid." Suara heels adiknya mengalun dengan indah di telinga Marcelle. Ayahnya yang melotot padanya, dihiraukan. Entah kenapa setelah kesal dengan aksi spontan adiknya, Marcelle jadi semakin penasaran. Siapa yang mengajari adiknya segala hal ilmu bela diri bahkan sampai penggunaan pistol. Terlebih lagi pistol berwarna black and pink berinisial B. A membuatnya tertarik mengorek, sejauh mana adiknya paham dunianya. "Adikmu keren, Bos." Reno kagum dengan Bella, karena bisa membuat semua lelaki di keluarganya mulai panik di tambah lagi kekasihnya. "Sweety, don't do that." nada rendah Alden membuat Marcelle yang tadi menatap tajam tangan kanannya kembali fokus. Sial, Alden matanya berkabut hanya melihat tingkah adiknya. Tidak mungkin dia turn on hanya karena tingkah adiknya bukan? "Pada dasarnya Alden lebih bernafsu dibandingkan kamu. Kamu tidak tahu saja, saat Bella memukul lawannya tadi, Alden berhasil memojokkan adikmu, Bos." Ingin sekali dia tertawa melihat perubahan wajah Marcelle. "Tenang saja, aku tahu batasku, Sayang." Apa-apaan ini! Mata Marcelle melotot menatap ketiga adik-adiknya yang sama-sama terdiam. Bahkan Rafael sendiri sudah tidak berdiri di tempatnya, dia malah berdiri di dekat Alden untuk menjaga lelaki berusia 21 tahun itu, untuk tidak bertindak aneh dihadapan mereka semua. Semua anggota AOI menyaksikan apa yang Bella lakukan. Di mana lelaki itu di pegang tangannya oleh anggota AOI, yang Marcelle yakini anggota itu di bawah perintah sang adik. Dengan wajah innocentnya adiknya menyentuh wajah lelaki itu. "Bersembunyi dibalik topeng ini membuat saya muak." Brttttt... Suara tarikan membuat mereka tetap fokus dengan layar yang menampilkan bagaimana cekatannya Bella. Marcelle sendiri kaget kalau itu hanya topeng, dia pikir lelaki itu mengganti wajahnya. "Bener deh, Bos kurang fokus akhir-akhir ini. Kenapa?" "Ada yang aku perintahkan padamu nanti." jawab Marcelle. Marcelle benar-benar fokus pada adik bungsunya. Sampai teriakan kembarannya membuat Marcelle mendengus. "Lama banget si Bel?! Kamu bukan syuting film, jadi cepat selesaikan. Aku mau bertemu kekasihku!" Hah? Kekasih apanya? Sejak kapan laki-laki dingin itu punya kekasih. Banyak sekali yang tidak dia ketahui tentang adik-adiknya. "Berisik! Alden suruh dia diam atau jangan restukan dia." Marcelle yakin adiknya sudah sangat kesal dengan kembarannya. Lihat saja dia merasa terganggu. "Aye Capten!" "Adikku yang cantik, kalau kamu menariknya kaya gitu. Maka kamu akan melukainya. Sudah kakak kat--" "Sekali lagi kalian berisik aku tembak mulut kalian semua." Marcelle benar-benar terdiam di tempatnya. Bahkan semua anggota AOI yang menyaksikan aksi Bella terlihat kagum sekaligus ngeri. "Ardi siapkan tim anda untuk melakukan tugas dari saya, saya sudah kirim melalui email. Tolong jika kalian ingin berkhianat pada kami pikir dua kali, karena saya sendiri tidak segan mencongkel kedua bola mata kalian." tepat Marcelle menyelesaikan ucapannya, wajah Joko terpampang dengan jelas. Lelaki itu menatap Bella dengan bengis. "b***h! Mati kamu di tanganku." Reno menghitung dalam hati. 1 2 3 Dor.... Dor.... Dua lelaki yang tadi tenang berubah menjadi sangar. Bahkan Reno dan yang lain melihat bagaimana Alden langsung menendang tubuh di depannya setelah melepaskan tangan lelaki itu dari rambut Bella. "Ini maksudku, Marcelle. Alden akan jadi binatang buas yang siap membunuh siapa pun yang mengganggu adikmu." Sekarang Marcelle mengerti siapa Alden. Ternyata dia lebih gila dibandingkan dirinya. "Lalu kenapa kamu bilang, dia memojokkan adikku. Sialan!" "Kalau yang itu juga benar, karena si Alden dapat kabar dari asistennya kalau Bella melakukan kesalahan." "Maksudnya?" "Kamu akan mendengar penjelasannya nanti. Bella bersikap manis kaya tadi supaya Alden tidak beringas seperti ini." "Cukup, Sayang. Iam okay." Baik Marcelle dan Reno. Semuanya melotot akibat ulah Bella yang memeluk Alden. Bahkan lelaki itu membalas pelukannya dan mengecup rambut adik mereka. Sialan Alden!! "Hahaha... anakmu lucu sekali Arlo. Baru tadi pagi cucuku melawan kakak-kakaknya. Sekarang dia malah memeluk anakmu. Tidak tahu saja mata mereka semua seakan melotot." Marcelle memijat kepalanya yang pening. Kenapa dia punya Kakek seajaib Rafa. Di saat genting ini dia malah bahagia Bella di sentuh oleh Alden. Atau Jangan-jangan yang mengizinkan Bella bergabung ke sini adalah Kakeknya? Sial! Marcelle harus menutup rapat ini. "Bawa lelaki itu ke ruang eksekusi." "Aku ikut!" seru Bella saat Marcelle mengucap ruang eksekusi. Karena sejak dia di sini, dia selalu ingin masuk ke ruangan itu. "Terima kasih sudah bekerja sama dalam rapat kali ini. Selamat malam semuanya, saya harap kalian semua tidak melakukan kesalahan sepertinya." menghiraukan perkataan adiknya. Marcelle menutup rapat kali ini dengan emosi yang dia tahan. "Sudah clear kan? Daddy and grandpa. Saya bawa Bella dan tenang saja dia akan bermalam di Apartemenku." Sepertinya Alden lupa berhadapan dengan siapa. Karena Marcelle dan saudara lelakinya yang lain langsung menyerbu Alden. Termasuk Rafael yang sudah membuang jasnya entah kemana. Beruntung semua anak-anak AOI sudah kembali ke tempat mereka termasuk Joko yang sedang di ruang eksekusi. "Membawa adikku ke Apartemen kamu?! Kamu pikir siapa hah?!" bentak Marcelle sambil melayangkan pukulan namun dihindari oleh Alden dengan cekatan. Sedangkan Bella? Memilih berlari kearah kakeknya. "Suaminya." "Kembaranku bukan istri kamu, Alden! Aku tahu apa yang kamu lakukan pada adikku tadi, kamu menciumnya lagi bukan?!" Billy melayangkan tendangannya tapi hanya angin yang ia tendang. "Cih. Kalian ini sudah kepala dua, tapi kolot sekali ya. Wajar aku menciumnya karena dia milikku. Sudahlah aku ingin beristirahat, atau kalian mau mati ditanganku, hah?!" "Kami tidak takut anak muda." Rafael mengisyaratkan anak-anaknya untuk menyerang Alden. Namun bukannya kalah, Alden malah bisa mengimbangi mereka. "Mereka tuh bodoh ya." Reno yang kaget adik bosnya berdiri di sisinya langsung kabur mendekati Rafa. Takut dia yang akan jadi sasaran amukan Alden. Lihat saja, Alden mampu memukul Marcelle dan saudara-saudaranya termasuk seorang Rafael Ar-Rasyid. "Gila, Alden bukan manusia." "Tentu saja, anakku itu monster menyeramkan tanpa Bella." jawab Arlo di sebrang sana. "Sialan kamu, Alden!" Marcelle mengamuk ditempatnya, namun masih ditanggapi dengan santai oleh Alden. Reno yang ingin memisahkan, ditahan oleh Rafa. Suara bantingan tubuh ke lantai membut Reno semakin ngeri. Bayangkan saja bosnya dibanting oleh Alden. Begitu dengan yang lain. Apalagi saat Rafael menyerangnya lelaki itu dengan mudah membaca gerakan tubuh lawannya. Siapa pun guru Alden, sepertinya menarik untuk dijadikan guru. Reno harus bisa kuat seperti lelaki itu supaya bisa membantu bosnya. "Jangan pernah berpikir kaya Alden, Kak." "Kenapa?" "Karena sangat menyebalkan. Cukup manusia kaya dia satu di dunia ini." Reno tidak mengerti saat itu alasannya kenapa, tapi yang Reno yakini adalah satu. Bella mencintai Alden dan dia tidak mau ada orang lain yang menyerupai kekasihnya. "Alden cukup! Ayo pulang, atau kalau kamu masih di sini silakan. Jangan harap kamu bisa temui aku lagi." Suara heels adiknya menjadi kesempatan untuk Marcelle dan yang lain kembali menyerang. Tapi gagal. Karena lelaki itu dengan cepat berlari kearah Bella dan memeluknya dari samping. "Kamu lihat Bella jual mahal ya? Nyatanya tidak seperti itu, Reno. Bella hanya berusaha untuk sejajar dengan kakak-kakaknya." ucapan Arlo terngiang di kepala Reno. Ternyata dugaannya benar, Bella membutuhkan pengakuan dari saudaranya. Tapi sepertinya tidak ia dapatkan dan Alden lah yang mengakui sosok lain Bella. Pantas saja selama ini, Reno melihat Bella berbeda. Tapi yang lain tidak peka. Akan Reno ingatkan mereka! Dasar lelaki tidak peka! " See you tomorrow, guys!" "Alden sialan!!" ???
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN