Gembira seolah terpaku di lantai tempatnya berdiri. Maniknya menatap nanar pria paruh baya di depannya. Meski selama ini ia hanya melihat sosok ayah kandungnya melalui foto, namun ia sangat yakin jika pria di depannya kini benar-benar ayahnya. Jadi benar dia adalah ayahku? Jika dia sesehat dan semapan sekarang, lalu alasan apakah yang membuatnya meninggalkanku dan mama? Batin Gembira bertanya-tanya. “Hallo, Gembira, perkenalkan, saya Herman, kakeknya Gia.” Herman lantas berdiri seraya mengulurkan tangan kanannya. Gembira tidak segera menyambut uluran tangan pria yang mengaku bernama Herman itu. Melainkan justru mengamati wajah tenang pria itu yang tersenyum tipis. Ia dengan seksama mengamati setiap inci lekuk wajah pria paruh baya di depannya kini, sekali lagi untuk meyakinkan jika soso