Rowan tersenyum, mengibaskan tangannya. Dia merasa reaksi Brandy berlebihan. Dia tidak sempat melihat sorot mata Brandy yang menyimpan luka. Kata-katanya berikutnya semakin terdengar kejam di pendengaran Brandy. "Tidak usah baper, Bree. Aku hanya sekedar bertanya, tidak bermaksud mencampuri urusan pribadimu. Jangan khawatir tentang itu," ucap Rowan dengan suara yang tetap tenang. "Maksudmu apa, Rowan?" Brandy bertanya, nada suaranya meninggi sedikit karena mulai tersinggung. Rowan menarik napas dalam-dalam, mencoba menjaga kesabaran. "Aku hanya ingin mengerti, Bree. Kamu memanggil nama itu dalam mimpi, dan aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi sudahlah. Itu urusan pribadimu." Ucap Rowan kemudian acuh tak acuh. Brandy menggigit bibirnya, tentu saja pria di hadapannya in