Selepas bangun. Dua aura mata Caroline langsung menghujam tajam, tepat pada Luiz. Pria itu berdiri. Menatap cemas. Tidak bergerak sejak tadi. Menunggu. Takut. Salah satu tangan Caroline digenggam. Rapat. Wanita itu menelan ludah. Menarik udara lebih luas. Bergeser memberi tempat. "Caroline...." ucap Luiz. Melontar panggilan. Serak. Wanita itu memutar mata. Menurunkan pandangan. Memegang Luiz dan merasakannya. "Kau panas..." Caroline melirih Berat. Menaruh tangan satunya pada Luiz. Memastikan. "Jangan pedulikan aku!" pinta Luiz. Memaksa. "Kau demam, Luiz," papar Caroline. Parau. Menarik leher pria itu turun. Lantas, menemukan bercak merah. Nyaris keunguan. Berkumpul di satu titik. "Ya Tuhan. Aku lupa kau alergi dingin." "Caroline, dengar! Aku tidak apa-apa." Luiz menegaskan. Menangkup