Vaye berkeringat. Basah. Berjalan dengan pandangan tertunduk. Kaku. Sesekali terdengar isakan, parau. Seakan-akan menemani langkahnya menuju masuk ke bangunan tinggi yang sebentar lagi akan mengurungnya lama. Belum lagi, pergerakan Vaye dibatasi. Borgol yang membelenggu kedua tangannya, begitu mencengkeram. Kuat. Bergesekan antara kulit. Menimbulkan ruam merah. Sungguh, menyakitkan. Ia hampir tidak ingat, momen mendebarkan terakhir kali. Vaye syok. Seakan-akan semua mimpi. Ulahnya dibalas langsung. Telak oleh Caroline. Namun setelahnya, dengan terpaksa, dua polisi wanita yang menggandeng Vaye menghentikan langkah. Memosisikan tubuh lebih sigap. Menekan bahu lemas wanita itu. Semula, Vaye yang tadinya menunduk mulai mengangkat pandangan. Perlahan memperhatikan sesosok pria tegap, lengkap d